Mendulang Uang dari Sampah Cakram CD dan Olahan Lidah Buaya

Konten Media Partner
14 Oktober 2019 7:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sampah. Gambar oleh RitaE dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sampah. Gambar oleh RitaE dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Jenna R. Jambeck peneliti dari University of Georgia, Amerika Serikat, pernah mempublikasikan temuannya pada tahun 2010 tentang pengolahan sampah plastik di Indonesia. Saat itu Jenna meneliti, Indonesia menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut diketahui, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.
Gerakan untuk mengolah limbah plastik pun terus dilakukan hingga ke jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Surabaya. Salah satunya melalui program pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2019 yang diadakan organisasi Tunas Hijau dan didukung Berita Anak Surabaya (Basra).
Aksi hijau yang dilakukan para finalis Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2019 ini memang membanggakan. Di usia relatif belia mereka sudah belajar mengurangi sampah plastik, memilahnya, dan memanfaatkan kembali menjadi produk baru yang layak dijual.
Salah satunya yang dilakukan Sheila Rahma Azizah. Siswi kelas 8 SMP Negeri 6 Surabaya ini mengolah kepingan compact disc (CD) bekas.
Ilustrasi CD. Gambar oleh Brett Hondow dari Pixabay
"CD kan susah terurai, saya lihat ada banyak kepingan CD di sampah. Jadi saya cari ide untuk mengolah CD. Saya belajar lewat YouTube," tukas Sheila kepada Basra, Sabtu (12/10).
ADVERTISEMENT
Sheila lantas mengumpulkan CD bekas dari teman-teman di sekolah hingga tetangganya. Dalam satu Minggu, Sheila berhasil mengumpulkan 1 boks CD bekas yang berisi sekitar 70 keping CD.
Sheila Rahma Azizah dan kreasi CD bekasnya. Foto-foto : Masruroh/Basra
Kepingan CD bekas itu lantas 'disulap' Sheila menjadi berbagai barang menarik, diantaranya tas koin, pigura, hiasan dinding, hingga karakter-karakter menarik sebagai media pembelajaran.
Berbagai hasil kerajinan tersebut dijual Sheila dengan harga mulai Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu.
Selain Sheila, ada juga Puluh Sekar Setyaningrum. Siswi kelas 9 SMP Negeri 6 Surabaya ini memilih memanfaatkan tutup botol plastik dan galon air mineral untuk dijadikan aksesoris cantik, diantaranya gantungan kunci, dompet koin, bros, hingga magnet penghias lemari es.
Puluh Sekar Setyaningrum dan kreasi sampah tutup botol plastik miliknya.
"Tadinya searching di internet, cari tahu tutup botol air mineral itu bisa dibuat apa saja, ternyata bisa dipakai untuk bikin aksesoris. Akhirnya saya pelajari cara bikinnya lewat YouTube," jelas Sekar.
ADVERTISEMENT
Aksesoris yang dihasilkan Sekar dari tutup botol air mineral dijual dengan harga bervariasi, mulai Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu.
Ilustrasi aloevera. Gambar oleh Spencer Wing dari Pixabay
Tak sekadar mendaur ulang sampah plastik, tapi ada juga finalis yang berhasil memberdayakan penanaman lidah buaya di kampungnya.
Ni Nyoman Gayatri Larasita Dewatta, siswi kelas 9 SMP Negeri 6 Surabaya in mengolah lidah buaya menjadi berbagai produk kecantikan, minuman kesehatan, hingga makanan ringan.
"Tadinya saya punya 2 pot tanaman lidah buaya, dan berkembang jadi banyak. Akhirnya saya kepikiran untuk mengolah lidah buaya itu karena saking banyaknya di rumah," ujar Laras, sapaan Ni Nyoman Gayatri Larasita Dewatta, kepada Basra, Sabtu (12/10).
Ilustrasi aloevera. Gambar oleh mozo190 dari Pixabay
Dari hasil membaca literatur di internet dan beberapa buku, Laras mulai mengolah tanaman lidah buaya. Untuk daging lidah buaya diolah menjadi produk kecantikan seperti sampo dan sabun. Laras juga mengolah daging lidah buaya menjadi camilan stick. Sedangkan kulit tanaman lidah buaya diolah Laras menjadi bubuk teh kering.
Ni Nyiman Gayatri Larasita Dewatta dan hasil olahan tanaman lidah buaya miliknya.
Produk kecantikan, minuman kesehatan, hingga camilan makanan yang dihasilkan Laras dari tanaman lidah buaya itu dijual secara online. Untuk sampo lidah buaya, Laras mematok harga Rp 12.500, sabun lidah buaya dijual seharga Rp 10 ribu, sedangkan camilan stick dijual Laras dengan harga bervariasi mulai Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu.
ADVERTISEMENT
Sukses mengolah tanaman lidah buaya tak lantas membuat Laras pelit ilmu. Ia lantas membagikan secara gratis bibit tanaman lidah buaya kepada para tetangga. Ia juga mengajari warga mengolah tanaman lidah buaya. Hasilnya, Laras mampu memberdayakan dua kampung sekaligus, yakni kampung Wiguna Tengah dan Wiguna Timur Surabaya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)