Menengok Langgar Gipo, Bangunan Berusia 320 Tahun yang Bersejarah

Konten Media Partner
20 Agustus 2020 9:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bagian dalam Langgar Dipo yang tak terawat. Foto-foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Bagian dalam Langgar Dipo yang tak terawat. Foto-foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa minggu terakhir masyarakat Surabaya ramai membicarakan tentang keberadaan Langgar Gipo yang terletak di kawasan Kalimas Udik. Pasalnya, langgar yang terbengkalai dengan kondisi rusak tersebut ternyata merupakan bangunan bersejarah.
ADVERTISEMENT
"Langgar Gipo dibangun sekitar akhir tahun 1700an, tapi sejak 40 tahun yang lalu sudah tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, malah menjadi tempat singgah dan tidur para gelandangan," ujar Kuncarsono Prasetyo, Direktur Kultura Nusantara, kepada Basra, Kamis (20/8).
Atas dorongan para ahli waris, lanjut Kuncar, pihaknya pun melakukan revitalisasi terhadap bangunan bersejarah tersebut. Pemugaran dilakukan demi menyelamatkan keberadaan Langgar Gipo sebagai bangunan bersejarah. Pasalnya usai dilakukan pemugaran, nantinya Langgar Gipo akan didaftarkan sebagai bangunan cagar budaya.
Kuncar menegaskan pemugaran Langgar Gipo murni dilakukan dengan melibatkan komponen masyarakat yang peduli akan bangunan bersejarah. Bahkan Kuncar mengklaim jika pemugaran ini merupakan yang pertama di Indonesia tanpa melibatkan pihak pemerintah.
"Ini murni swadaya masyarakat tanpa ada campur tangan pemerintah. Kalau di luar negeri sudah ada kegiatan ini (pemugaran bangunan bersejarah secara swadaya publik), tapi ini jadi yang pertama di Indonesia," tukas mantan jurnalis ini.
ADVERTISEMENT
Selain pembersihan, kata Kuncar, revitalisasi Langgar Gipo dilakukan dengan mengembalikan struktur bangunan langgar dua lantai itu. Kondisi rusak parah terlihat pada lantai dua langgar tersebut dan sudah tidak bisa digunakan sama sekali. Revitalisasi Langgar Gipo secara keseluruhan dijadwalkan akan berlangsung selama 6 bulan.
"Tahap awal kita bersihkan tempat ini. Lantai satu sudah bisa dipakai untuk salat setelah kita lakukan pembersihan. Sekarang mulai berlangsung tahap kedua dengan menyasar lantai dua yang sudah ambruk. Targetnya selesai dalam 6 bulan," jelas Kuncar.

Langgar Gipo dibangun oleh keluarga Sagipoddin pada sekitar tahun 1700-an. Awalnya langgar ini hanya sebagai musala keluarga. Namun seiring berjalannya waktu, langgar ini pernah menjadi sentra pergerakan kebangsaan, termasuk keagamaan di jaman kolonial. Salah satunya menjadi basis Laskar Hizbullah.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, adapula sejarah NU di langgar ini karena ada jejak KH. Hasan Gipo, Ketua Umum PBNU pertama. Dari tempat ini pula muncul nama besar lainnya, seperti K.H Mas Mansyur.
"Langgar Gipo juga pernah difungsikan sebagai asrama haji, tempat transit calon jamaah haji sebelum berangkat ke Tanah Suci dengan kapal dari pelabuhan Tanjung Perak. Jadi ada banyak sejarah di tempat ini," ujar Kuncar.
Dengan adanya revitalisasi Langgar Gipo secara swadaya publik tersebut, Kuncar berharap akan kian banyak kepedulian warga terhadap bangunan bersejarah. Kuncar menyakini, di luar sana masih banyak bangunan bersejarah yang nasibnya sama seperti Langgar Gipo, rusak dan terbengkalai.
"Penyelamatan bangunan bersejarah tidak hanya menjadi tanggung pemerintah, tapi juga warga masyarakat. Nantinya kita juga akan mencari tempat-tempat bersejarah lainnya yang nasibnya sama seperti Langgar Gipo," pungkas Kuncar.
ADVERTISEMENT