Menganalisa Berita, Cara Unik Sekolah Cikal Surabaya Ajarkan Toleransi Beragama

Konten Media Partner
12 April 2021 7:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembelajaran daring mengenai toleransi beragama yang dilakukan Sekolah Cikal Surabaya.
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembelajaran daring mengenai toleransi beragama yang dilakukan Sekolah Cikal Surabaya.
ADVERTISEMENT
Toleransi dan kedamaian antar umat beragama memang harus diajarkan sedini mungkin untuk menghalau setiap tindakan atau gerakan yang berupaya memecah belah persatuan.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang juga diajarkan Sekolah Cikal Surabaya kepada siswanya melalui pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Manasye Indra Kusuma selaku Program Leader Christian Studies Sekolah Cikal Surabaya mengatakan, jika tujuan belajar tersebut mengajarkan para siswa untuk memahami makna hidup beriman, meneladani Yesus, meneladani Yesus Kristus dalam hal berkarya bersama, hingga memahami peran diri sebagai anggota gereja.
Guna mewujudkan tujuan itu, dalam proses pembelajarannya, pria yang akrab disapa Asye ini mengajak para siswa berdiskusi terkait permasalahan yang tengah hangat diperbincangkan masyarakat.
Seperti peristiwa bom bunuh diri di Gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3) dan penyerangan terhadap Mabes Polri pada Rabu (31/3).
"Kejadian yang kemarin terkait bom di Makassar, itu adalah sesuatu yang menarik. Di mana hal itu terjadi mendekati perayaan Paska. Dari sana, saya ajak para siswa berdiskusi tentang hal ini," kata Asye ketika dihubungi Basra, Senin (12/4).
ADVERTISEMENT
Terkait diskusi yang dilakukan, pertama Asye menunjukkan gambar salib kepada para siswa. Selanjutnya siswa diminta untuk melihat dan menuliskan terkait apa yang mereka rasakan, dan ingin tanyakan terkait gambar tersebut.
"Pada gambar pertama saya ajak mereka untuk mengenal diri sebagai orang yang selalu berbuat dosa, berbuat salah, dan selalu membutuhkan kasih dari Tuhan. Dari sana mereka berpikir bahwa semua orang pernah salah dan berdosa," ucapnya.
Diskusi secara tatap muka dilakukan Sekolah Cikal Surabaya sebelum pandemi.
Selanjutnya, Asye menampilkan sebuah gambar mengenai headline berita bom bunuh diri di Makassar. Dari kejadian tersebut para siswa melihat jika banyak korban, ada satpam yang terkena ledakan bom, orang-orang panik dan ketakutan.
"Jadi saya ajak mereka untuk mengidentifikasi. Lalu saya tanya, apakah kejadian itu mempengaruhi diri kamu nggak dengan orang-orang (terduga teroris) ini. Terus mereka tanya kenapa kok orang itu mau bom gereja, bunuh diri gitu. Lalu apa yang bisa mereka lakukan ketika ada bom," jelas Asye.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Asye mengajak para siswa untuk merefleksikan mengenai kejadian yang telah terjadi.
Ia mengajak siswa untuk mendoakan orang yang terkana musibah, berdoa meminta perlindungan dari Tuhan dan memaafkan mereka yang sudah berbuat jahat dan tidak membalasnya.
"Jadi kita harus menebarkan kedaiman. Kita itu kalau membayangkan Yesus dalam situasi ini apakah dia akan membalas. Yesus tidak akan membalas tapi Yesus akan memaafkan," ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan, jika di dunia ini banyak sekali orang dengan keyakinan berbeda-beda. Tapi tidak semua orang akan bertindak sama.
Oleh sebab itu, ia mengajak siswa untuk selalu menyebarkan kebaikan dan perdamian.
"Kita harus mengajak siswa untuk membawa damai bagi semua. Yaitu berteman dengan semua orang. Membuka diri sebagai teman yang baik. Jadi seorang Kristen yang seperti Kristus. Dengan begitu paling tidak teman kita di sekitar kita bisa mengenal kita sebagai sahabat yang baik," pungkasnya.
ADVERTISEMENT