Mengenal Epilepsi, Penyakit yang Sempat Diidap Lisa Rumbewas Sebelum Tutup Usia

Konten Media Partner
16 Januari 2024 11:11 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi epilepsi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi epilepsi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia olahraga tanah air sedang berduka. Atlet angkat besi legendaris Indonesia Raema Lisa Rumbewas meninggal dunia pada Minggu (14/1). Mendiang diketahui memiliki riwayat sakit epilepsi dan sempat dirawat di Rumah Sakit.
ADVERTISEMENT
dr Heri Subianto., SpBS (K) FINPS Spesialis Bedah Saraf Konsultan Fungsional, Epilepsi dan Bedah Epilepsi di National Hospital Surabaya mengungkapkan, epilepsi adalah kelainan di otak yang menimbulkan manifestasi utama berupa kejang.
"Kejang itu bisa macam-macam, ada kejang berulang pada sebagian atau seluruh tubuh akibat adanya gangguan kelistrikan di otak. Dan orang terutama di Jawa mengenal epilepsi ini sebagai ayan ya," ujarnya saat dihubungi Basra, Selasa (16/1).
Heri menuturkan, epilepsi bisa disebabkan beberapa faktor yang bisa dikelompokkan menjadi 6. Yakni, faktor genetik, kemudian faktor struktural yang salah satunya bisa disebabkan karena kelainan pembentukan sel otak hingga adanya gangguan pembuluh darah otak. ataupun karena adanya traumatik.
"Trauma birth injury itu misalnya karena harusnya dia sudah waktunya lahir tapi ndak keluar-keluar. Atau bisa juga trauma betulan, naik motor dia jatuh, (otaknya) ada pendarahan. Jadi faktor struktural itu karena adanya gangguan pada perkembangan otak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Faktor berikutnya adalah metabolik yakni adanya gangguan metabolisme misalnya gangguan metabolisme karbohidrat. Selanjutnya adalah faktor imun.
"Faktor berikutnya adalah karena virus, misalnya ada cacing di otak. Kemudian TBC yang paling banyak di Indonesia. Faktor yang terakhir adalah faktor yang tidak diketahui secara pasti," imbuhnya.
Sedangkan di Indonesia sebagai negara berkembang, paling banyak penyebab epilepsi adalah karena perawatan sebelum melahirkan artinya saat hamil kurang diperhatikan kondisi kehamilannya.
"Waktu hamil kena infeksi, atau bisa juga birth injury artinya sudah waktunya dia lahir tapi ndak mau keluar-keluar. Nah faktor-faktor ini sepertinya yang paling banyak menjadi penyebab epilepsi di Indonesia. Tapi secara literatur memang belum ada di Indonesia yang menyebutkan (faktor penyebab paling banyak)," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Heri mengungkapkan penderita epilepsi di Indonesia cukup besar. Epilepsi di masuk 3 besar penyakit saraf di Indonesia, yakni sekitar 1 persen dari total jumlah penduduk.
"Jadi misalnya jumlah penduduk di Indonesia ada 270 juga jiwa, maka 1 persennya ada sekitar 2,7 juta jiwa. Jadi cukup besar (angka penderita epilepsi)," tukasnya.
Heri menuturkan bagi penderita epilepsi akan mudah kambuh karena beberapa hal, di antaranya karena kelelahan, sensitivitas cahaya, terlalu berpikir.
"Itu trigger nya ya. Jadi mereka yang punya epilepsi akan mudah kambuh karena hal-hal tersebut. Misalnya kurang tidur atau tidurnya kurang nyenyak, kemudian sakit seperti demam. Sakit (demam) ini lebih mudah terpicu menjadi kejang," terangnya.
Epilepsi sendiri bisa sembuh hanya pada tipe sindrom tertentu. Contohnya adalah rolandic epilepsi. Pada usia tertentu rolandic epilepsi akan hilang.
ADVERTISEMENT
"Rolandic epilepsi ini kejangnya mulai muncul di usia 3 atau 4 tahun. Kemudian nanti di usia 13 tahun atau 14 tahun kejangnya hilang. Makanya epilepsi bisa dikatakan sembuh atau resolve pada tipe-tipe tertentu, salah satunya rolandic epilepsi ini," ungkapnya.
Heri menegaskan penderita epilepsi harus betul-betul kontrol secara teratur ke dokter. Penderita epilepsi juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengkonsumsi obat.
"Epilepsi itu tidak seperti batuk pilek yang sehari dua hari bisa sembuh. Makanya dokter juga harus hati-hati mendiagnosa epilepsi karena begitu didiagnosis epilepsi pasien harus mengkonsumsi obat dalam waktu yang panjang," tandasnya.