Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten Media Partner
Mengenal Ongol-ongol, Jajanan Tradisional yang Hampir Punah
1 November 2023 10:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit![Ongol-ongo; (berwarna hitam). Foto-foto: Masruroh/Basra](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01he4dv88s4hjr756gftnn99yr.jpg)
ADVERTISEMENT
Jajanan tradisional merupakan salah satu jenis makanan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan menjadi makanan kebanggaan di kala itu. Namun seiring berkembangnya zaman, lambat laun makanan yang dahulunya menjadi favorit kini seakan tergerus zaman. Hanya beberapa jajanan saja yang masih tetap ada, ongol-ongol misalnya.
ADVERTISEMENT
Ongol-ongol merupakan salah satu jajanan tradisional yang mempunyai tekstur lembut dan kenyal. Kuliner ini selalu ditaburi kelapa sebagai pemanis tampilannya. Ongol-ongol biasanya dijual bersama jajan pasar lainnya seperti gethuk, klanthing, klepon, hingga lupis.
Sayangnya keberadaan jajanan pasar tersebut saat ini cukup susah dijumpai di Kota Surabaya. Hanya beberapa orang saja yang masih menjajakannya. Salah satunya adalah Bekti Pakarti, warga Surabaya Barat.
Uniknya, Bekti mengaku berjualan jajanan pasar karena cukup sulit menjumpai ongol-ongol dan lainnya.
"Saya mulai jualan pas pandemi. Bisa dibilang saya itu penggemar ongol-ongol, gethuk, dan lainnya. Tapi lama kelamaan kok ya makin susah nemu yang jualan jajan pasar itu," jelas Bekti kepada Basra, Rabu (1/11).
Ongol-ongol merupakan jajan pasar berwarna hitam dan berbahan dasar tepung sagu, daun pandan serta bahan pelengkap lainnya. Teksturnya lembut dan kenyal.
ADVERTISEMENT
Bekti mengakui peminat jajan pasar buatannya mayoritas berusia dewasa. Cukup jarang pembeli dari kalangan remaja apalagi anak-anak.
"Kebanyakan yang beli ya yang sudah bapak-bapak atau ibu-ibu gitu, jarang ya kalau anak muda apalagi anak-anak," tutur perempuan yang kesehariannya berjualan di depan rumahnya.
Bekti menduga jarangnya pembeli dari kalangan remaja atau pun anak-anak karena mereka tak mengetahui jajan pasar tersebut.
"Sepertinya mereka enggak tahu. Ibarat kata tak kenal maka tak sayang. Jadi memang harus tahu dulu baru mereka bisa suka. Dan menjadi tugas orang tua untuk mengenalkan jajan pasar ini ke anak-anaknya," tukasnya.