Mengenal Paham Apokaliptik yang Diduga Dianut Satu Keluarga Tewas di Kalideres

Konten Media Partner
28 November 2022 11:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabar ditemukannya satu keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta, pada Kamis (10/11) menghebohkan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kematian satu keluarga berjumlah empat orang tersebut masih menyimpan teka-teki karena belum ditemukan motif yang jelas. Bahkan banyak pihak menduga, keluarga tersebut menganut paham apokaliptik.
Lantas, apa itu paham apokaliptik?
Menjawab hal itu, Koordinator Prodi S2 Kajian Ilmu Kepolisian Unair Dr Prawitra Thalib SH MH mengatakan, apokaliptik adalah sebuah paham yang percaya bahwa dunia sudah banyak kejahatan serta maksiat, dan akan diganti dengan dunia baru.
Para penganut paham ini berspekulasi bahwa mereka lebih baik mengakhiri hidup dengan lebih terhormat sebelum terjadinya kiamat.
“Apokaliptik tumbuh subur dalam lingkup masyarakat yang putus asa pada suatu sistem dan menganggap ini adalah hukuman Tuhan, sehingga mereka lebih baik menghadap Tuhan sebelum Tuhan memanggil mereka,” ucapnya, Senin (28/11).
ADVERTISEMENT
Prawitra mengungkapkan, banyak sekali penyebab kematian yang ditempuh para pengikut apokaliptik ini. Selain dengan melaparkan diri, pengikut paham ini juga menggunakan media berupa racun yang dicampurkan pada makanan atau minuman yang dikonsumsi.
"Pemahaman ini muncul akibat kesalahpahaman ajaran spiritual yang berakibat fatal pada keyakinan proses kematian," ungkapnya.
Prawitra menambahkan, lazimnya dalam kebanyakan pengikut sekte proses kematian tidak dilakukan secara sembarangan.
Dalam kasus Kalideres ini, pihak kepolisian juga perlu melihat adanya hubungan keluarga dengan jaringan komunitas pengikut sekte lainnya, atau memang keluarga tersebut yang memulai menciptakan sekte baru.
Pasalnya, kasus ini menimbulkan banyak tanda tanya karena tidak ditemukan tanda kejahatan, kekerasan, perusakan barang, ataupun kehilangan barang.
“Dengan ditemukannya berbagai buku bacaan berbagai agama bisa menjadi fase di mana mereka sedang mencari tahu dengan berikhtiar lewat membaca buku tersebut dan mereka tidak menemukan agama yang sempurna. Keputusasaan tersebut bisa mempengaruhi kuat mereka untuk menganut apokaliptik,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Agar terhindar dari pemahaman yang menyimpang tersebut, diperlukan penanaman keyakinan bahwa ajaran agama yang baik pasti tidak mengajarkan untuk menyakiti dan menghilangkan nyawa diri sendiri atau orang lain.
“Jika menemukan hal tersebut dalam sebuah ajaran agama, maka kita harus meninggalkan hal tersebut karena berpotensi mengandung pemahaman ekstrimisme dan radikalisme,” tukasnya.