Konten Media Partner

Mengenal Penyakit Dermatitis Atopik pada Anak dan Faktor Penyebabnya

24 Oktober 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak mengalami dermatitis atopik. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak mengalami dermatitis atopik. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua khawatir bayi mereka akan menderita dermatitis atopik, terutama jika mereka sendiri juga menderita dermatitis atopik karena ini adalah kondisi kulit yang dapat diwariskan oleh orang tua kepada anak. Ketika seseorang memiliki gen dermatitis atopik, penyakit ini dapat menjadi aktif ketika terpicu oleh alergi atau faktor kondisi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Atopic dermatitis atau dikenal luas sebagai eczema /eksim merupakan kondisi kulit kronis yang ditandai dengan kulit yang kering, bersisik, merah, dan gatal. Kondisi ini seringkali bersifat genetik dan dapat muncul di segala usia.
"Gejala yang paling umum adalah munculnya ruam merah yang sangat gatal, terutama pada lipatan kulit seperti siku, lutut dan pergelangan tangan," ujar Indira Natalia, Brand Manager Mustela Indonesia, dalam keterangannya seperti dikutip Basra, Kamis (24/10).
Indira melanjutkan, rasa gatal yang intens dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan kulit terluka akibat garukan.
Diperkirakan bahwa 15-20% anak-anak menderita dermatitis atopik, walaupun umumnya gejala akan berkurang saat dewasa seiring dengan meningkatnya daya tahan tubuh, namun kemungkinan untuk kambuh bisa terjadi terutama ketika terpicu oleh faktor kondisi lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Angka kejadian ini meningkat hingga tiga kali lipat pada beberapa dekade terakhir khususnya di negara-negara yang memiliki area industri," imbuhnya.
Rasio penderita dermatitis atopik antara perempuan dan laki-laki adalah 14:1 dan sebanyak 85% anak-anak menderita dermatitis atopik sebelum menginjak usia lima tahun.
"Dermatitis atopik paling banyak ditemukan pada bayi di mana 45% di antaranya mengalami gejala awal dermatitis atopik di enam bulan pertama setelah lahir, 60% di bawah usia satu tahun dan 85% di bawah usia lima tahun," terang Indira.
Dermatitis atopik dianggap sebagai tahapan awal dari ‘pawai atopik’ (atopic march). Pawai atopik atau yang juga biasa disebut dengan pawai alergi merupakan tahapan perkembangan dari dermatitis atopik yang diawali pada masa anak usia dini dan selanjutnya dapat berkembang menjadi gangguan alergi lain di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
"Kemunculan penyakit dermatitis atopik pada anak-anak seringkali dijadikan acuan indikasi adanya perkembangan asma dan atau rinitis alergi pada usia anak yang lebih tua," tuturnya.
Indira mengungkapkan, salah satu penyebab dermatitis atopik adalah kurangnya lapisan lemak pada kulit luar dan kondisi abnormal lapisan pelindung kulit, sehingga alergen dapat masuk ke dalam celah-celah kulit dan memicu munculnya gejala seperti rasa gatal, kemerahan, dan peradangan.
“Melalui penelitian yang dilakukan oleh Mustela, ditemukan bahwa orang dengan dermatitis atopik memiliki sejumlah besar bakteri Staphylococcus Aureus yang hidup di kulit mereka. Bakteri ini tidak hanya bisa menyebabkan infeksi, tetapi juga memicu respon imun yang memicu gejala kemerahan," terangnya.
"Namun ternyata bakteri baik, dapat membunuh bakteri berbahaya pada kulit dan membantu mengobati kondisi ini. Idealnya, bakteri baik ini harus terus ditunjang dengan asupan makanan (yang disebut prebiotik) agar bisa berkembang biak dengan baik sehingga jumlahnya cukup untuk bisa menjaga keseimbangan ekosistem mikrobiota pada kulit," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Indira menuturkan, dalam menyambut Eczema Awareness Month yang jatuh pada bulan Oktober ini, pihaknya melakukan awarness kepada keluarga Indonesia terkait perawatan kulit atopik yang memadukan teknologi terkini dengan pendekatan holistik untuk kesehatan kulit.
"Dalam menyambut Eczema Awareness Month, kami memberikan solusi yang efektif dan alami dalam mengelola kondisi dermatitis atopik melalui perawatan kulit secara holistik," tukasnya.