Mengenal Program Dolan, Ajang Sedekah Ilmu Dokter Spesialis di Surabaya

Ketua IDI Surabaya dr Brahmana Askandar SpOG. Foto: Masruroh/Basra

Kebiasaan pertemuan online yang dilakukan saat pandemi COVID-19 dan diteruskan hingga sekarang sebagai wadah pertemuan dan diskusi para dokter di Surabaya, menjadi pencetus lahirnya program Diskusi Online Mingguan (Dolan) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya.

Ketua IDI Surabaya dr Brahmana Askandar SpOG mengatakan, diskusi yang dilakukan seminggu sekali itu, juga sebagai ajang sedekah ilmu antara dokter yang sudah senior kepada dokter muda ataupun PPDS.

"Jadi ini sebagai ajang dokter spesialis yang sudah berpengalaman di bidangnya harus sedekah ilmu ke dokter umum. Program ini sudah kami jalankan satu tahun, dokter-dokter yang ikut bukan cuma dari Jawa, tapi juga dari Aceh, dari Papua, mereka ikut melalui zoom," terang Brahmana, Senin (15/1).

Brahmana mengungkapkan, topik yang dibahas dalam diskusi tersebut mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), sehingga setiap minggunya menghadirkan spesialis yang berbeda-beda.

"Topiknya setiap minggu berganti-ganti, topik kandungan, kulit dan lainnya. Tapi memang yang paling banyak materinya di bidang kulit, karena kasusnya lumayan banyak. Setiap per tengah bulan selalu dibahas topik apa yang akan dibahas untuk bulan ini," paparnya.

Menurutnya, kurang lebih ada sekitar 600 sampai 700 partisipan yang ikut dari seluruh Indonesia setiap minggunya.

Ia pun berharap dengan program Dolan, para dokter bisa menambah ilmunya dan membuka wawasan melalui diskusi dengan para dokter ahli.

"Program ini menjadi salah satu cara kami agar para dokter bisa terus meningkatkan keilmuannya. Sehingga jumlah dokter spesialis di Surabaya yang saat ini tercatat sebanyak 5.200 bisa terus bertambah," tandasnya.

Program Dolan digelar setiap hari Senin pukul 15.00-16.00. Dari 56 seri diskusi yang sudah dilakukan selama 1 tahun berjalan, total pesertanya mencapai 18.021 dokter, serta melibatkan 22 perhimpunan dokter.

Dengan hanya login ke zoom selama 1 jam, para dokter bisa mengambil banyak manfaat. Mereka bisa mengajukan pertanyaan tentang kasus sesuai topik yang dibahas.

“Ujung-ujungnya kan demi perawatan terhadap pasien jadi lebih baik,” tukasnya.