Mengenal Ragam Batik Gendongan di Jawa Timur Lewat Pameran Virtual 

Konten Media Partner
21 Oktober 2020 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lintu Tulistyantoro, Ketua Kibas, saat menjelaskan terkait pameran virtual 'Batik Gendongan Jawa Timur'.
zoom-in-whitePerbesar
Lintu Tulistyantoro, Ketua Kibas, saat menjelaskan terkait pameran virtual 'Batik Gendongan Jawa Timur'.
ADVERTISEMENT
Salah satu kekayaan ragam batik yang menarik untuk diamati, baik motif maupun nilai filosofisnya yakni batik gendongan. Meskipun mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai gendongan, namun hampir setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Untuk mengenal lebih jauh dan mendekatkan masyarakat dengan keunikan batik gendongan, Galeri Paviliun House of Sampoerna menggandeng Komunitas Batik Jawa Timur (Kibas), menggelar pameran virtual bertajuk 'Batik Gendongan Jawa Timur' pada tanggal 22 Oktober – 22 November 2020.
ADVERTISEMENT
"Penyelenggaraan pameran ini juga bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang betapa pentingnya batik gendongan bagi kehidupan masyarakat. Gendongan merupakan kosa kata yang memiliki konotasi sebagai alat angkut untuk membawa manusia (bayi), barang bawaan, maupun barang hantaran (buwuhan)," jelas Lintu Tulistyantoro, Ketua Kibas, saat press conference secara online, Rabu (21/10).
Pada masyarakat Jawa Timur, lanjut Lintu, batik gendongan memiliki beberapa istilah yang beragam dengan ciri khas dan nilai budaya masing-masing daerah. Pada masyarakat Madura misalnya, menyebut gendongan dengan istilah bhenbhen. Sedangkan masyarakat Tuban khususnya masyarakat Kerek, menyebutnya dengan istilah sayut.
"Secara umum, gendongan, bhenbhen, dan sayut memiliki arti yang sama. Namun, masing-masing daerah memiliki struktur, ukuran, serta motif yang berbeda-beda. Motif yang dimiliki batik gendongan lebih memunculkan simbol-simbol kesuburan, kemakmuran, dan juga perlindungan," imbuh Lintu yang juga Dosen di DKV UK Petra Surabaya.

Sebanyak 50 kain batik gendongan dari 21 kolektor yang dipamerkan dalam pameran virtual tersebut. Masing-masing berasal dari tiga daerah yang berbeda di Jawa Timur yaitu zona batik pedalaman, pesisiran, dan Madura.
ADVERTISEMENT
Lintu menegaskan juga pameran tersebut benar-benar virtual, bukan foto-foto batik yang dipasang secara online.
"Jadi ini benar-benar pameran virtual yang dapat diakses melalui website Kibas mulai besok. Tampilannya seperti saat kita main video game online. Ini kita lakukan karena ingin menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi," tegas Lintu.

Gelaran ini sekaligus menandai 11 tahun perjalanan Kibas dan kerjasama dengan HoS. Lintu berharap Kibas dapat terus aktif mengedukasi generasi muda dan menginspirasi pengrajin untuk mendorong terciptanya kerajinan batik yang sarat akan nilai luhur serta turut melestarikan batik gendongan.
Kibas didirikan pada 2007 oleh Lintu dengan nama Komunitas Batik Surabaya.
Pada tahun 2009 berdasarkan permintaan, masukan dari berbagai pihak dan persetujuan anggota meminta agar Kibas berkiprah tidak hanya di Surabaya, namun meluas di Jawa Timur maka Kibas berganti nama menjadi Komunitas Batik Jawa Timur (Kibas).
ADVERTISEMENT
Komunitas ini terdiri dari pecinta, kolektor, pengrajin, desainer dan masyarakat umum. Kibas memiliki visi dan misi untuk mensosialisasikan batik Jawa Timur kepada masyarakat.
Sementara itu, Rani Anggraini selaku Manager House of Sampoerna berharap melalui pameran virtual batik gendongan Jawa Timur ini masyarakat semakin bangga akan kekayaan batik Indonesia.
“Semoga pameran batik daring ini dapat menarik minat generasi milenial untuk menjelajahi dan mendalami ragam batik Indonesia beserta nilai filosofisnya, selain menjadi penyemangat bagi pembatik untuk meneruskan tradisi, berkarya menghasilkan warisan budaya yang memiliki nilai tinggi ini," tukasnya.