Mengenal Responsive Feeding, Tanda Lapar dan Kenyang yang Ditunjukkan Anak

Konten Media Partner
28 Februari 2023 11:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenal Responsive Feeding, Tanda Lapar dan Kenyang yang Ditunjukkan Anak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat anak memasuki usia 6 bulan, mereka mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI atau MPASI. Proses pemberian MPASI sendiri merupakan pengalaman pertama bayi dalam berkenalan dengan makanan padat.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataannya, tak sedikit ibu yang merasa bingung dengan persiapan MPASI yang harus mulai diberikan kepada si kecil. Salah satu metode pemberian MPASI yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu responsive feeding.
Lantas, apa itu responsive feeding?
Menjawab hal itu Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya), dr. Lucia Pudyastuti Retnaningtyas, Sp.A, menjelaskan, metode responsive feeding yaitu proses mengenali tanda-tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan oleh anak. Di samping itu, ibu atau pengasuh juga harus merespons, seperti memberi makan saat lapar dan berhenti saat kenyang.
"Kita harus bisa menilai bagaimana respons anak tersebut. Apakah anak itu kelihatannya suka atau tidak, lalu butuh lebih banyak lagi atau cukup, itu perlu diperhatikan oleh para ibu dan pengasuh," ucap dr. Lucia pada Basra, Selasa (28/2).
ADVERTISEMENT
"Jadi menilai bagaimana respons anak terhadap MPASI yang kita berikan dan kita harus melakukan pemberian berdasarkan respons anak tersebut," tambahnya.
Dokter spesialis anak di RKZ Surabaya ini mengungkapkan, untuk mengetahui apakah anak masih lapar atau tidak, orang tua atau pengasuh harus benar-benar memperhatikan kondisi anak.
"Misal kalau disuapin dia masih buka mulut, masih semangat makan, itu kita berikan lagi. Lalu kalau anaknya sudah tutup mulut, enggak mau, kita harus introspeksi diri. Apakah dia sudah kenyang atau makanan yang kita berikan ini tidak enak, atau sudah waktunya naik tekstur dia. Jadi saat memberikan MPASI itu harus penuh dengan perhatian, kasih sayang, tidak dengan kekerasan," ungkapnya.
Menurut dr. Lucia, memberikan makanan pada anak juga merupakan salah satu pelajaran hidup. Dalam hal ini, anak harus memahami jika yang butuh makanan adalah anak.
ADVERTISEMENT
"Itu termasuk melatih anak itu sendiri dan termasuk ke dalam life skill. Makan itu suatu proses yang harus dijalani anak terkait belajar tentang hidup juga. Untuk itu, orang tua juga
perlu konsentrasi sehingga mereka bisa menilai respons anak ketika diberi MPASI dan kita harus responsif, " tukasnya.
Untuk mendukung proses MPASI tersebut, Grouu, katering MPASI bayi dan anak, hadir menghadirkan produk makanan yang fresh, bernutrisi, dan tanpa pengawet.
Selain itu, anak-anak juga bisa merasakan beragam menu yang biasa dikonsumsi oleh orang dewasa. Misalnya saja rendang, lodeh, soto ayam, hingga ayam, baby bolognese.
Produk yang dihadirkan Grouu ini juga telah sesuai standar dari WHO terkait tidak menggunakan gula, garam, pemanis buatan, pewarna, dan pengawet.
Selain itu, Grouu memfokuskan produknya pada nutrisi anak. Maka tak heran, dalam pembuatannya Grouu melibatkan ahli gizi, dokter spesialis anak, hingga chef fine dining dalam setiap pembuatan menunya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Mam tak perlu khawatir lagi dalam memberikan MPASI pada anak. Dengan Grouu, mempersiapkan menu MPASI pada anak jadi lebih beragam dan menyenangkan.
"Setiap menu di Grouu sebelum launching, kami trial dulu. Yang trial oleh chef dan nutritionist, dan setelah itu kami konsultasikan juga pada dokter anak. Apakah dari protein, karbohidrat, seratnya sudah bisa mencukupi kebutuhan anak atau belum. Jadi, selain menyajikan makanan yang sehat dan bergizi, kami kemas Grouu dengan cita rasa yang juga enak," ungkap Natalia Imelda, Co-Founder & CMO Grouu.