Konten Media Partner

Mengenal Tanda-tanda Gangguan Mental pada Anak, Orang Tua Perlu Tahu

23 Januari 2025 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak mengalami gejala gangguan mental. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak mengalami gejala gangguan mental. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Gangguan mental bisa menyerang siapa saja. Tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Sayangnya, gejala gangguan mental pada anak sering kali tidak disadari karena dianggap sebagai bagian dari tahap pertumbuhan.
ADVERTISEMENT
“Data dari WHO tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 10-20 persen anak di seluruh dunia mengalami gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku. Ironisnya, banyak anak tidak mendapatkan penanganan yang tepat,” ungkap dr. Hafid Algristian, Sp.KJ, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Kamis (23/1).
Menurut Hafid, perbedaan generasi membuat pola asuh tradisional sering kali tidak relevan lagi. Anak-anak saat ini tumbuh di tengah teknologi canggih, melimpahnya informasi, dan tekanan sosial yang beragam. Situasi ini diperparah oleh pandemi COVID-19 yang memicu isolasi sosial dan perubahan besar dalam cara belajar.
“Anak-anak menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Penting bagi orang tua untuk menyesuaikan pola asuh mereka dengan kebutuhan zaman,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Hafid mengingatkan pentingnya deteksi dini untuk mencegah gangguan mental pada anak berkembang lebih serius. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai orang tua meliputi:
* Gangguan emosi: Anak mudah marah, cemas, atau sering tampak sedih tanpa alasan jelas.
* Gangguan sosial: Anak menarik diri dari teman-temannya atau merasa terancam dalam situasi sosial.
* Gangguan perilaku: Perubahan drastis dalam pola makan, tidur, atau prestasi sekolah.
* Keluhan fisik: Sering sakit kepala, gangguan tidur, atau keluhan lainnya tanpa sebab medis.
“Jika tanda-tanda ini dibiarkan, dampaknya bisa sangat panjang. Anak mungkin kesulitan belajar, kesulitan menjalin hubungan sosial, bahkan menghadapi risiko gangguan mental yang lebih berat di masa dewasa,” jelasnya.
Hafid menyarankan dalam pola asuhnya agar orang tua membuka komunikasi yang jujur dengan anak.
ADVERTISEMENT
“Dengarkan mereka tanpa menghakimi, berikan empati, dan gunakan bahasa yang sederhana sesuai usia anak. Jika perlu, gunakan kuesioner sederhana seperti Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ-25) untuk mendeteksi potensi masalah mental,” tuturnya.
Jika tanda-tanda gangguan mental berlangsung lebih dari dua hingga empat minggu, orang tua disarankan segera berkonsultasi dengan profesional, seperti psikiater atau psikolog.
“Cinta terbaik yang bisa diberikan orang tua adalah waktu dan perhatian. Dengan mendampingi anak dan memperhatikan kesehatan mental mereka, kita memberikan fondasi kuat untuk masa depan mereka,” tandasnya.
"Dengan deteksi dini dan dukungan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh bahagia dan siap menghadapi tantangan di masa depan," imbuhnya.