Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Mengenal Tia, Pelajar SMP Olah 58 Kg Sampah Kemasan Saset Jadi Pernak-Pernik
10 Juli 2020 11:39 WIB
ADVERTISEMENT
Saset kemasan seperti pembungkus kopi, susu, dan bubuk minuman lainnya sering kita jumpai di warung kopi (warkop) yang ada di sekitar lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, limbah saset tersebut biasanya berakhir di tempat sampah dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahkan sejak tahun 2019, limbah saset kemasan itu pun sudah tidak laku dijual di pasaran.
Menilik hal itu, Estetia Mustika Shani berinisiatif mengolah limbah saset kemasan menjadi beragam produk bernilai ekonomis bernama Osaqu (Olahan Saset Qu).
"Saat ini kita sering menjumpai limbah saset kemasan yang terbuang sia-sia. Padahal dulunya saset itu laku dijual di pengepul atau bank sampah, untuk 1 kg dihargai Rp 500. Nah tahun 2019, saset itu sudah tidak laku terjual, sehingga masyarakat sudah tidak mau mengumpulkannya lagi. Dari situ muncul ide untuk mengolahnya menjadi barang yang berguna dan mempunyai nilai jual," ucap Tia ketika ditemui Basra Jumat (10/7).
ADVERTISEMENT
Tia bercerita jika saat ini sudah ada ratusan produk yang ia buat dari limbah saset kemasan. Diantaranya tas wanita, tempat tisu, gantungan kunci, dompet, taplak meja, tatakan piring dan gelas, hiasan dinding, tepak, hingga kotak hantaran.
Untuk mendapatkan limbah saset kemasan tersebut, Tia mengadopsi 13 warung kopi dan 6 warung makan yang ada disekitar daerah tempat tinggalnya. "Jadi setiap tiga hari sekali saya mengambil limbah tersebut ke warung-warung untuk kemudian diolah," tuturnya.
Ketika ditanya terkait cara pembuatan salah satu produknya, Tia menjelaskan pertama limbah saset yang ia dapatkan disemprot disinfektan terlebih dahulu. Selanjutnya, bagian pinggir kemasan saset digunting dan dicuci.
Setalah dicuci, kemasan saset dikeringkan dibawah sinar matahari selama satu hari. "Nah setelah kering ini tinggal dilipat, dan bisa dianyam sesuai bentuk yang kita inginkan. Proses menganyam ini saya belajarnya dari Youtube," jelas siswa yang duduk di bangku kelas VIII SMPN 61 Surabaya ini.
ADVERTISEMENT
Tak hanya, Tia juga memanfaatkan kardus bekas yang ia gunakan untuk proses pembuatan label produk Osaqu. "Jadi label produknya ini saya buat sendiri pakai tulisan tangan. Karena saya memang memanfaatkan limbah yang ada," kata Tia.
Selain mengolah limbah saset tersebut, Tia juga kerap melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu PKK yang ada di kampungnya. "Karena berhubung saat ini lagi ada pandemi, jadi saya sosialisasinya lewat live Instagram. Seminggu dua kali," ucapnya.
Tia mengaku jika saat ini sudah ada 58,109 kg atau 34.588 saset kemasan yang ia olah. Bahkan produk saset kemasan buatannya tersebut sudah terjual hingga ke Yogjakarta. Dimana harga produk-produk tersebut dijual mulai dari Rp 2 ribu - Rp 60 ribu.
ADVERTISEMENT
"Semoga produk-produk ini bisa memotivasi warga untuk mengolah limbah saset kemasannya. Dengan begitu, tidak akan ada lagi limbah yang terbuang sia-sia. Sehingga kita bisa bersama-sama menjaga bumi ini," pungkasnya.
Berkat inovasi tersebut, Tia masuk 30 besar peserta untuk tingkat SMP dalam Penganugrahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2020 yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya.