Mengenalkan Budaya Suku Ende Lewat Baju Tenun Ikat Ende-Lio

Konten Media Partner
26 September 2020 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lia Afif menunjukan baju rancangannya yang berbahan tenun ikat Ende-Lio. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Lia Afif menunjukan baju rancangannya yang berbahan tenun ikat Ende-Lio. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Desainer asal Surabaya Lia Afif kembali berkreasi dengan mengangkat wastra Nusantara. Kali ini Lia menyuguhkan busana berbahan tenun ikat Ende-Lio, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Lia menuturkan jika kain tenun Ende-Lio ini unik karena hanya dibuat oleh suku tertentu di Ende. Perajinnya terkelompok pada suku tertentu.
"Motif pada tenun Ende-Lio ini selalu sama karena warisan turun temurun. Jadi tidak ada motif baru yang dibuat generasi penerusnya," jelas Lia kepada Basra, Sabtu (26/9).
Lebih lanjut desainer spesialis busana muslim ini menuturkan, filosofi yang diaplikasikan pada tenun Ende-Lio ini berdasar keadaan sekitar, seperti gunung, manusia, binatang, dan tanaman.
Uniknya, para pengrajinnya menenun sesuai ingatan. Sehingga tidak memiliki pola tertentu sama sekali.
Adapun warna tenun Ende-Lio ini khas alam, seperti hitam, merah, dan kuning yang cenderung gelap. Untuk bahannya sebagian masih memakai serat akar.
"Ada yang sudah menggunakan benang sehingga lebih muda menenunnya," imbuh Lia.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatan tenun ikat Ende-Lio, kata Lia, memakan waktu lama. Untuk satu kain tenun dengan panjang sekitar dua meter memerlukan waktu pengerjaan 2-3 bulan. 
Lia Afif saat berkunjung ke pengrajin tenun ikat Ende-Lio di NTT. Foto: Dok. Pribadi
Tenun ikat Ende-Lio berkaitan erat dengan tradisi, ritual adat, penghormatan terhadap sang pencipta, hajatan serta tradisi menenun tenun ikat Ende-Lio sebagai mata pencaharian pemenuhan kebutuhan hidup.
Tenun ikat Ende-Lio pada suku Ende-Lio berperan sebagai pakaian kebesaran pada saat ritual/upacara adat, upacara penghormatan pada sang pencipta, seserahan saat ada hajatan , bukti kemampuan ketrampilan menenun persyaratan anak gadis untuk menikah, barang jaminan, busana kebesaran, memakaikan pada anak dan mantu, pakaian perang suku, serta sebagai barang dagangan, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, agar terkesan lebih ringan saat dipakai, Lia berkreasi dengan menambahan bahan lain pada sisi badan kiri dan kanan. Ia juga menambahkan aksesoris dan payet di beberapa sisi busana rancangannya.
Selain dalam bentuk dress untuk acara pesta, Lia Afif juga membuat kreasi celana yang bisa dipakai sehari-hari.
Bisa dibilang jika etnik merupakan salah satu ciri khas rancangan Lia. Ini berawal dari kegemarannya berkeliling Indonesia bersama keluarga. Momen itu sekaligus dimanfaatkan Lia untuk mengenal kain tradisional daerah-daerah yang dikunjunginya. Kemudian ia berkesempatan bekerjasama dengan beberapa pemerintah daerah.
Selain mengangkat dan melestarikan kain tradisional dari daerah tersebut, Lia berkesempatan pula mengenalkan wisata daerah serta potensi lainnya.
"Semoga pandemi ini segera berakhir sehingga geliat fesyen Tanah Air kembali menyeruak dan mengangkat roda perekonomian perajin kain tradisional," pungkasnya.
ADVERTISEMENT