Mengenang Bung Tomo, Sosok Sentral Pertempuran 10 November 1945

Konten Media Partner
6 November 2019 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Pahlawan akan jatuh pada 10 November 2019. Salah satu tokoh pejuang yang perlu mendapat perhatian adalah Sutomo atau lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo.
ADVERTISEMENT
Bung Tomo merupakan salah satu tokoh penting yang pidatonya mampu mengobarkan semangat Arek-arek Suroboyo ketika pertempuran 10 November 1945 melawan Belanda.
Karena jasa-jasanya, Bung Tomo mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional. Meski demikian tempat peristirahatan terakhir beliau justru tak di makam pahlawan namun berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel Rejo Surabaya.
Menurut Riyanto, Kepala Makam Ngagel Rejo, Bung Tomo enggan untuk dimakamkan di TMP dan memilih disemayamkan di TPU dengan cara yang sederhana.
“Beliau minta di makamkan di TPU saja karena ingin dekat dengan rakyatnya," ujar Riyanto, kepada Basra, Rabu (6/11).
Dari pengamatan Basra, desain makam Bung Tomo terlihat sederhana, hanya diberi pagar berwarna kuning. Terdapat bangunan seperti teras berlantai putih dengan atap, sebagai tempat peziarah berdoa. Cungkup makamnya sendiri dilapisi dengan marmer. Dibagian depan makam juga ada marmer yang diukir keterangan makam pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT
Ada pula teks provokasi yang ia kumandangkan untuk mengobarkan semangat Arek-arek Suroboyo saat pertempuran 10 November 1945 meletus.
Sementara itu di sisi kiri makam Bung Tomo terdapat makam sang istri, Sulistina Sutomo. Tempat peristirahatan terakhir Sulistina lebih sederhana lagi, makamnya sama seperti rakyat biasa.
Dikatakan Riyanto jika makam Bung Tomo ramai dikunjungi peziarah menjelang peringatan Hari Pahlawan seperti sekarang ini.
"Mereka biasanya datang berkelompok, ada dari kampus sampai anak-anak TK," imbuh Riyanto.
Bung Tomo lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920 tepatnya di Kampung Blauran. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.
Pada 7 Oktober 1981 Bung Tomo meninggal dunia di Padang Arafah, Arab Saudi, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke Tanah Air dan dikebumikan di TPU Ngagel Rejo Surabaya. Gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2008.
ADVERTISEMENT