Mengenang Pertempuran 10 November 1945 di Jembatan Merah, Surabaya

Konten Media Partner
8 November 2019 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jembatan Merah Surabaya. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Merah Surabaya. Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Pertempuran sengit yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945 tak bisa dilupakan begitu saja. Bahkan, Jembatan Merah yang jadi salah satu lokasi peperangan masih berdiri kokoh hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Jembatan yang terbentang di atas sungai Kalimas serta menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di kawasan utara Surabaya itu, hampir sama dengan jembatan lainnya. Pembedanya hanyalah warna merah yang menjadi ciri khas pada bagian pagar pembatas jembatan.
Menurut Yoesoef Romadhon (76), Dewan Pimpinan Karang Pilang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, penyematan nama 'merah' dikarenakan sejarah jembatan tersebut yang kelam.
"Di jembatan itu dulunya pernah terjadi peristiwa pertumpahan darah antara pejuang Indonesia melawan penjajah. Saking banyaknya darah para pejuang dan lawannya yang tumpah di jembatan itu, maka jembatan itu pun dinamakan Jembatan Merah," jelas Romadhon kepada Basra, Jumat (8/11).
Romadhon bercerita, Jembatan Merah juga menjadi saksi tewasnya pemimpin angkatan bersenjata Inggris, Brigadir A.W.S. Mallaby di Surabaya.
"Brigradir Mallaby tewas setelah menguasai gedung Internationale Crediet En Verening Rotterdam atau Internatio yang letaknya tidak jauh dari Jembatan Merah," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Jembatan itu, kata Romadhon, sejatinya telah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Awalnya jembatan itu adalah jembatan kayu dan dibuat karena kesepakatan Pakubowono II dari Mataram dengan VOC tahun 11 November 1743.
Dalam perjanjian disebutkan bahwa beberapa daerah pantai utara diserahkan ke VOC, termasuk Surabaya yang berada di bawah kolonialisme Belanda.
Sejak saat itu daerah di sekitar jembatan tersebut menjadi kawasan komersial dan menjadi jalan vital yang menghubungkan Kalimas dan Gedung Residen Surabaya.
Jembatan yang terbentang di atas sungai Kalimas serta menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di kawasan utara Surabaya.
"Jembatan Merah ini berubah secara fisik sekitar tahun 1890-an, dimana pagar pembatas diubah dari kayu menjadi besi. Dan sampai sekarang kondisinya masih sama," tukasnya.
Di sebelah barat Jembatan Merah dulunya dihuni kebanyakan bangsa Eropa, dan sekarang menjadi Jalan Jembatan Merah (dulu disebut Willenstraat) dan Jalan Rajawali (dulu Heerenstraat). Kantor bank-bank kebanyakan berada di wilayah ini dan keaslian gedung-gedungnya relatif masih terjaga.
ADVERTISEMENT
Sementara kawasan timur jembatan sampai sekarang tak berubah fungsi yakni menjadi sentral perdagangan bagi warga Asia, seperti Tionghoa, Arab, dan Melayu. Sekarang di kawasan tersebut menjadi jalan Kembang Jepun menyambung ke jalan Sasak.