Konten Media Partner

Mengubah Foto Menjadi Karya Seni dengan Filter AI, Melanggar Hak Cipta?

11 Juni 2025 12:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kolase foto yang menggunakan filter Mermaid AI. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kolase foto yang menggunakan filter Mermaid AI. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Gelombang transformasi digital tak hentinya menghadirkan kejutan. Dengan sentuhan Artificial Intelligence (AI), foto-foto biasa kini bermetamorfosis menjadi visual yang lebih mempesona. Teknologi kecerdasan buatan semakin canggih, memungkinkan pengguna mengubah wajah dan suasana foto hanya dalam hitungan detik. Setidaknya ada filter AI yang mencuri perhatian dan viral digunakan para pengguna, mulai dari selebgram hingga netizen biasa. Salah satunya adalah filter Mermaid.
ADVERTISEMENT
Filter AI Mermaid menjadi tren yang memungkinkan pengguna mengubah foto mereka menjadi video animasi putri duyung yang anggun di dalam air.
Filter ini menggunakan AI untuk menganalisis foto dan secara cerdas menghasilkan video transformasi lengkap dengan ekor berkilauan dan latar lautan yang indah. Diiringi lagu Messy milik Rose membuat video semakin epic. Tren ini begitu masif hingga banyak pengguna yang iseng mencoba filter ini pada foto idola mereka.
Namun, di balik kemudahan mengubah wajah dan suasana foto hanya dalam hitungan detik, muncul pertanyaan krusial. Apakah hal ini merupakan bentuk kemajuan dalam dunia seni, atau justru mengancam erosi nilai seni orisinal? Perdebatan sengit pun muncul, dengan berbagai pihak mempertanyakan dampaknya terhadap kualitas seni dan hak cipta di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Aristarchus Pranayama K., BA., MA., dosen International Program in Digital Media atau IPDM Petra Christian University (PCU) memberikan pandangannya terkait tren ini.
Menurutnya, penggunaan AI untuk menciptakan gambar adalah fenomena sementara.
"Orang-orang terpukau oleh kemudahan dan hasil yang menakjubkan, namun itu hanya sebuah fase," ujarnya, Rabu (11/6).
Dosen yang akrab disapa Aris itu juga menekankan bahwa meskipun teknologi ini memberikan kemudahan dalam menciptakan ilustrasi, masalah hak cipta muncul sebagai topik perdebatan selanjutnya. Namun ternyata Aris menjawab, “Gaya tidak bisa dipatenkan, namun untuk mempertahankan hak cipta, kualitas, dan originalitas tetap harus dijaga.”
"AI justru bisa menjadi alat yang membantu dalam meningkatkan efisiensi kerja para animator dan ilustrator. Teknologi ini dapat mempercepat proses, seperti pembuatan storyboard dan konsep awal, dengan catatan bahwa teknologi ini digunakan secara bijaksana," terang dosen yang memiliki bidang keahlian di visual thinking dan 3D modelling itu.
ADVERTISEMENT
Aris juga menekankan bahwa penggunaan AI itu sebagai alat bantu, bukan untuk menggantikan seluruh proses kreatif.
"Kita harus mengontrol AI, bukan membiarkannya mengarahkan kita," tegasnya.
Dalam jangka panjang, meskipun penggunaan AI dapat mempercepat beberapa aspek dalam produksi animasi, kreativitas manusia tetap memiliki nilai lebih.
Dosen yang berlatar belakang penelitian visual arts, art practice, visual and digital culture ini menegaskan, "AI hanya membuat tampilan, tapi tidak bisa menciptakan cerita yang utuh atau memiliki emosi."
Dengan kata lain, meskipun AI bisa menghasilkan gambar yang menarik, aspek cerita dan pengembangan karakter yang mendalam tetap membutuhkan sentuhan manusia.
Dengan begitu, fenomena penggunaan AI di bidang kreatif adalah suatu peluang, bukan ancaman. Teknologi ini membuka kemungkinan baru bagi para profesional untuk mengembangkan keterampilan dan memperkaya kreativitas mereka.
ADVERTISEMENT
“Namun tentunya harus diimbangi dengan penggunaan yang bijak dan bertanggung jawab, agar tidak mengorbankan kualitas seni dan etika dalam berkarya,” pungkasnya.