Konten Media Partner

Mengulik Kandungan Gizi Ulat Jati yang Viral Diolah Warga Jadi Lauk Makanan

30 November 2024 6:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ulat jati. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ulat jati. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Sempat viral video di media sosial yang menunjukkan ulat jati memenuhi jalanan maupun rumah-rumah warga di sekitaran hutan jati di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Bahkan banyak warga di kawasan tersebut yang mengolah ulat jati menjadi lauk yang siap dimakan. Lantas apakah berbahaya mengkonsumsi ulat jati? Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Nur Hidayatullah Romadhon memberikan tanggapannya.
ADVERTISEMENT
Pria yang kerap disapa Dayat ini menjelaskan, ulat jati memiliki manfaat dan tantangan yang perlu dipertimbangkan. Dari segi positif, ulat ini kaya akan protein, menjadikannya sumber gizi yang potensial bagi masyarakat. Selain itu, melimpahnya ulat dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan alternatif yang bernilai ekonomi tinggi, menciptakan peluang usaha baru.
“Secara ekologis, memanfaatkannya sebagai pangan juga dapat membantu mengontrol populasi ulat secara alami,” kata Dayat dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Sabtu (30/11).
Namun, kata Dayat, konsumsi ulat jati juga memiliki dampak negatif. Beberapa orang mungkin mengalami alergi setelah mengonsumsinya. Selain itu, ulat jati tertentu berpotensi mengandung senyawa toksin yang berbahaya jika tidak diolah dengan benar.
Dari sudut pandang ekologi, eksploitasi berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, seperti mengurangi jumlah predator alami atau mengancam keberlanjutan pohon jati akibat gangguan siklus alami. Oleh karena itu, pemanfaatan ulat harus dilakukan dengan bijak.
ADVERTISEMENT
“Dalam kasus meningkatnya populasi ulat jati pasca musim hujan perlu dikelola dengan pendekatan yang seimbang,” tukasnya.
Di satu sisi, lonjakan populasi ulat dapat menjadi ancaman bagi ekosistem, seperti pohon jati yang terganggu produktivitasnya. Namun, ulat jati juga menawarkan potensi sebagai sumber pangan alternatif yang bernutrisi tinggi. Melalui edukasi pengolahan yang tepat dan pengendalian populasi berbasis ekologi, fenomena ini dapat diubah menjadi peluang yang bermanfaat, baik bagi lingkungan maupun masyarakat.
“Pendekatan ini memastikan keberlanjutan dan manfaat jangka panjang bagi semua pihak,” pungkasnya.