Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mengulik Potensi Gili Iyang Sumenep Agar Bisa Seperti Labuan Bajo
31 Oktober 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Gili Iyang adalah objek wisata yang terletak di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Gili Iyang dijuluki sebagai Pulau Oksigen, karena daerah ini memiliki kualitas oksigennya lebih baik dari daerah lain. Meski demikian pamor Gili Iyang masih kalah jauh dibanding Labuhan Bajo yang sudah go internasional.
ADVERTISEMENT
Memiliki potensi wisata yang bisa go internasional, Universitas Airlangga (Unair) ingin mengembangkan Pulau Gili Iyang seperti Labuan Bajo, menjadi model wisata yang sehat, bersih dan layak menjadi bagian dari pariwisata yang membidik turis lokal dan mancanegara.
"Penataan dilakukan dengan melibatkan multi disiplin ilmu yang ada di kampus di antaranya bidang lingkungan, kesehatan, sosial, pariwisata, pendidikan hingga teknologi," ujar Wakil Rektor Bidang RICD Unair Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih Dra, MSi, Kamis (31/10).
Prof Nyoman mengungkapkan, sebagai salah satu langkah mengembangkan Gili Iyang, pihaknya belum lama ini telah meresmikan 6 produk inovasi dan hilirasi Unair di Pulau Gili Iyang, Peresmian ini menjadi rangkaian program Airlangga Community Development Hub (ACDH) 2024.
ADVERTISEMENT
Keenam produk hasil inovasi dan hilirisasi seluruh fakultas Unair yang diresmikan adalah Taman Toga dari Fakultas Farmasi, Sepeda Listrik dari FTMM, Depo Air Isi Ulang dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Solar Shelter dari FTMM, Monitoring Kadar Oksigen dari FTMM, Museum Pariwisata dari Fakultas Vokasi yang didukung produk olahan dari Fakultas Farmasi, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Fakultas Keperawatan.
"Kegiatan ACDH menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang telah berjalan sejak 2022. Dengan fokus pada pengembangan potensi green, blue dan digital economy berbasis masyarakat dan kearifan lokal di dua desa di Pulau Gili Iyang, Desa Banraas dan Desa Bancarama," terangnya.
Prof Nyoman menuturkan, turis baik lokal maupun mancanegara akan senang datang ke tempat wisata yang bersih, udara sehat, hijau. Hal ini yang ingin dikembangkan Unair di Gili Iyang.
ADVERTISEMENT
Prof Nyoman menyebut di Eropa seperti di Finlandia mempunyai pulau percontohan yang menjadi green island. Hal yang sama juga bisa dilakukan oleh Gili Iyang, menjadi green island.
“Saya optimistis Gili Iyang bisa lebih maju karena secara alami sudah diberikan anugerah oksigen yang berlimpah, dan kita harus menjaga kadar oksigen itu bahkan kalau perlu meningkatkannya,” katanya.
Prof Nyoman lantas menceritakan bagaimana Unair penasaran darimana oksigen bisa melimpah di Gili Iyang. Melalui satelit, tim penelitian Unair melakukan serangkaian riset dan mendapatkan fakta bahwa oksigen tertinggi ternyata bukan berada di daratan melainkan di wilayah pesisir yang banyak ditumbuhi alga dan mikro plankton. Mereka diketahui melakukan reaksi fotosintesis yang akan menyerap CO2 dan memproduksi O2.
ADVERTISEMENT
Untuk mempertahankan dan meningkatkan oksigen di Gili Iyang, Unair mulai tahun depan akan mengembangkan mikro alga di daratan dengan memanfaatkan lahan dari salah satu warga.
“Di atas lahan 1 hektare, Unair mulai tahun 2025 akan menanam mikro alga. Jadi oksigen nanti tak hanya dihasilkan dari laut, tetapi juga dari daratan. Ini salah satu upaya konkret Unair untuk meningkatkan kadar oksigen di Gili Iyang,” jelasnya.
Di sekitar lahan mikro alga, lanjut Prof Nyoman, bisa dimanfaatkan untuk menanam pohon dan tanaman yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Misalnya tanaman obat, atau tanaman lain yang bermanfaat untuk bahan baku suplemen kesehatan. Sehingga ke depan Gili Iyang menjadi kawasan subur, hijau penuh oksigen, dikelilingi laut yang bersih yang ditunjang dengan wisata pro lingkungan.
ADVERTISEMENT
Saat kunjungan ke Gili Iyang, rombongan Unair masih melihat banyak sampah plastik. Ini PR bagi Unair untuk bisa membantu membersihkan wilayah pesisir, mengolah sampah plastik menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Tak hanya plastik, jerami-jerami juga bisa diolah sehingga ternak di Gili Iyang bisa langsung dapat suplai makanan dari hasil olahan.
“Kami ingin di Pulau Gili Iyang ini semuanya terintegrasi, integrafed farming, green economy, renewable energy, blue economy dan circular economy bisa terwujud,” katanya.
Ketua LIHTR (Lembaga Ilmu Hayati, Teknik dan Rekayasa) Unair Andi Hamim Zaidan M.Si, PhD menambahkan Unair akan melakukan upaya untuk meningkatkan kadar oksigen di Gili Iyang. Salah satunya lewat budidaya mikro alga di atas lahan 1 hektare. Budidaya mikro alga ini industrinya bisa ke mana-mana, salah satunya untuk biodiesel.
ADVERTISEMENT
“Kami sudah merancang mesin yang bisa mengubah mikro alga menjadi biodiesel. Bio diesel itu bisa dipakai untuk bahan bakar kapal. Selain itu bisa dipakai untuk pakan udang, ikan, ternak. Ketiga bisa diarahkan untuk suplemen. Dan terakhir bisa untuk kosmetik dan farmasi,” katanya.
Zaidan menjelaskan Unair ingin ke depan orang-orang yang datang ke Pulau Gili Iyang oleh-olehnya khasnya adalah olahan mikro alga. Bisa suplemen kesehatan dari mikro alga atau masker wajah mikro alga.
Untuk tahap pertama nanti, budidaya mikro alga ini berkapasitas 10 ton dan akan terus ditingkatkan. Harapannya Pulau Gili Iyang tak lagi memiliki kadar oksigen nomor dua dunia tapi nomor satu dunia dan menebar banyak manfaat bagi warga setempat.
ADVERTISEMENT