Konten Media Partner

Mengunjungi Rumah Kos Ir Soekarno di Surabaya

8 Agustus 2019 14:06 WIB
clock
Diperbarui 20 November 2019 6:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah H.O.S Tjokroaminoto di Peneleh Gang 7. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Rumah H.O.S Tjokroaminoto di Peneleh Gang 7. Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Kakak beradik Al Ghazali (Al), El Rumi (El), dan Abdul Qodir Jaelani (Dul) adalah putra Maia Estianty yang tak lain cicit dari Hadjie Oemar Said Tjokroaminoto, tokoh pergerakan bangsa yang juga pendiri Sarekat Islam. Karena itu Al El Dul otomatis menjadi keturunan keempat dalam silsilah keluarga H.O.S Tjokroaminoto. Dalam istilah keluarga Jawa, turunan keempat disebut Piut atau Canggah.
ADVERTISEMENT
Rumah dari Eyang Canggah Al El Dul ini berada di Jalan Peneleh Gang 7 Surabaya. Dari kampung ini 'terlahir' orang-orang pilihan yang akhirnya menjadi pendiri negara republik Indonesia. Salah satunya adalah Soekarno, Presiden pertama RI.
Nilai-nilai nasionalisme Soekarno terbentuk dari sebuah rumah di salah satu gang Peneleh di Surabaya. Rumah Hadjie Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto yang terletak di Peneleh gang VII. Disinilah Soekarno menghabiskan masa mudanya. Rumah kos Soekarno muda itu masih tegak berdiri hingga sekarang. Rumah berlantai dua itu bahkan kini telah menjadi museum.
Kamar H.O.S Tjokroaminoto yang masih dijaga keasliannya.
"Sejak tahun 2017 rumah ini menjadi museum, tepatnya setelah dikelola Pemkot Surabaya. Sebelumnya rumah ini dikelola pengurus RT dan tidak setiap hari dibuka. Kalau ada yang ingin berkunjung, baru dibuka oleh pengurus RT," kata Achmad Yanuar Firmansyah, pemandu museum rumah HOS Tjokroaminoto kepada Basra, Rabu (7/8).
ADVERTISEMENT
Selain Soekarno, lanjut Yanuar, rumah tersebut juga menjadi rumah indekos oleh pemuda-pemuda pergerakan sebelum kemerdekaan Indonesia di antaranya Kartosoewirjo, Semaoen, Muso, dan Alimin. Dulunya mereka menempati kamar kos di lantai dua.
Kamar kos Presiden Soekarno di lantai 2 H.O.S Tjokroaminoto.
"Memang tidak ada catatan yang menyebutkan kamar kos Soekarno di lantai dua, hanya beliau pernah bilang bahwa kamar kosnya panas tak ada jendela. Sehingga merujuk ke lantai dua yang memang tidak memiliki jendela," papar Yanuar.
Tangga menuju lantai dua berwarna hijau itu dikatakan Yanuar masih asli. Butuh kehati-hatian untuk menaikinya karena posisi tangga dari besi itu cukup curam dan berukuran tidak terlalu besar. Saat Basra menginjakkan kaki di lantai dua, memang udara terasa panas karena tak ada jendela sebagai pintu sirkulasi. Lantai dua rumah tersebut terbuat dari kayu jati.
ADVERTISEMENT
Menurut Yanuar, Soekarno kos di rumah HOS Tjokroaminoto tahun 1915 saat sekolah di Hogere Burger School (HBS). Sekolah ini merupakan sekolah Lanjutan Tinggi Pertama atau semacam gabungan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. HBS itu sendiri sebenarnya dikhususkan bagi warga Negara Belanda. Soekarno dapat diterima di HBS atas bantuan HOS Tjokroaminoto, yang tak lain merupakan kawan dari ayahanda Soekarno, Soekemi Sosrodiharjo.
Sebagai museum, di rumah HOS Tjokroaminoto tersimpan berbagai memorabilia berupa foto, barang-barang, perabot rumah, dan buku-buku milik tuan rumah. Barang-barang tersebut, dikatakan Yanuar, dikumpulkan baik dari arsip keluarga maupun arsip nasional Republik Indonesia, serta pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan Pak Tjokro.
"Bangunannya sendiri masih asli dan dijaga supaya tetap seperti aslinya, seperti lemari dan tangganya," imbuh Yanuar.
ADVERTISEMENT
HOS Tjokroaminoto sendiri adalah pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI). Tjokroaminoto memimpin SI sejak 1914 hingga wafat pada 17 Desember 1934. Di bawah kepemimpinannya, SI sempat menjadi salah satu organisasi massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional. Dari Pak Tjokro ini pula Soekarno belajar banyak tentang politik dan pergerakan.
Yanuar bercerita, dulu Tjokroaminoto menempati rumah di gang Peneleh bersama kelima anaknya. Salah satunya adalah Siti Oetari Tjokroaminoto yang dikemudian hari menjadi istri pertama dari Soekarno. Namun kelima anak Pak Tjokro kini telah meninggal dunia.
"Anak-anak pak Tjokro sudah meninggal semua. Cucu-cucu pak Tjokro sendiri tinggal di Jakarta. Yang tinggal di Surabaya hanya pak Harjono Sigit, ayahanda penyanyi Maia Estianty," jelas Yanuar. Museum rumah HOS Tjokroaminoto tersebut buka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 9 pagi sampai 5 sore.
ADVERTISEMENT
Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia seperti sekarang ini, pengunjung museum mengalami peningkatan. "Makin dekat 17 Agustus, makin banyak yang datang terutama rombongan dari sekolah-sekolah," simpul Yanuar. (Reporter : Masruroh/Editor : Windy Goestiana)