Mental Health Awareness, Trauma Psikis Bisa Dirasakan Korban Seumur Hidup

Konten Media Partner
12 Oktober 2022 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi remaja yang mengalami trauma psikologis. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja yang mengalami trauma psikologis. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober, Populix mengadakan sebuah survei untuk mengetahui perkembangan isu kesehatan mental di Indonesia di era transisi endemi saat ini.
ADVERTISEMENT
Hasil survei yang dilakukan terhadap 1.005 laki-laki dan perempuan berusia 18 hingga 54 tahun di Indonesia ini menunjukkan bahwa 52 persen masyarakat Indonesia, terutama perempuan berusia 18-24 tahun, menyadari bahwa mereka memiliki gejala gangguan kesehatan mental, baik dalam bentuk gejala ringan maupun berat.
Trauma psikologis menjadi salah satu faktor yang memicu munculnya gejala-gejala gangguan kesehatan mental tersebut. Lalu apa yang dimaksud dengan trauma psikologis?
Menurut Psikolog Tiara Diah Sosialita, siapa pun dari segala jenis usia bisa mengalami trauma. Sedangkan secara spesifik, menurut Tiara, trauma psikologis merupakan suatu kondisi atau keadaan yang secara mental tidak optimal dan cenderung ke arah yang negatif.
"Trauma psikologis ini terjadi ketika seseorang merasa tidak nyaman, tidak aman menghadapi satu peristiwa (bisa subyek atau pun objek) yang menggoyang mental seseorang," ujar Psikolog Klinis, Dosen Psikologi Unair, dan anggota Kelompok Kajian Gender & Anak ini, kepada Basra, Selasa (11/10) malam.
ADVERTISEMENT
Adapun ciri-ciri seseorang yang mengalami trauma psikologis, lanjut Tiara, yakni adanya emosi yang negatif seperti cemas, stres, hingga depresi dengan intensitas yang berbeda pada setiap individu.
"Ada mental kognitif seperti terbayang peristiwa yang traumatis, bentuknya bisa kecelakaan, bullying, dan sebagainya, yang luar biasa mengguncang jiwanya," tukas Tiara.
Dituturkan Tiara, seseorang yang sedang mengalami trauma psikologis biasanya akan diwujudkan dalam perilaku. Misalnya menarik diri dari pergaulan, hingga tidak mau bertemu orang.
Sedangkan untuk penyebab trauma psikologis sendiri, berdasarkan pengalaman praktis Tiara, berkaitan dengan hubungan sosial.
"Baik itu anak-anak, remaja, maupun dewasa, berkaitan dengan sosial. Jadi hubungan antar person. Kalau untuk anak-anak itu biasanya bullying, dijauhi teman. Kalau remaja itu biasanya berkaitan dengan relationship nya dia," jelas Tiara.
ADVERTISEMENT
Untuk penanganan awal pada seseorang yang mengalami trauma psikologis, menurut Tiara perlu diketahui terlebih dulu penyebabnya.
Setelah diketahui penyebabnya baru dapat ditentukan langkah penanganan selanjutnya.
"Di awal kita perlu melakukan assessment, pengukuran, menggali dulu, mengenali dulu traumanya itu seperti apa? Separah apa?," tandasnya.
Ditegaskan Tiara, trauma psikologis akan terus terbawa ketika tidak ditangani dengan baik. Ketika traumanya terjadi pada masa kanak-kanak dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat maka akan terbawa sampai dewasa.
"Beda cerita kalau mengalami luka fisik. Itu akan mudah terlihat bagian mana yang perlu diobati. Kalau psikologis tidak terlihat tetapi efeknya bisa terbawa hingga dewasa ketika tidak ditangani dengan baik," tukasnya.