Konten Media Partner

Merasa Dekat dengan NU, Warga Kristiani Ini Putuskan Kuliah di Unusa

23 April 2025 7:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waryani (kanan) saat menjalankan tugasnya sebagai bidan di salah satu rumah sakit dakidi Surabaya. Foto: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Waryani (kanan) saat menjalankan tugasnya sebagai bidan di salah satu rumah sakit dakidi Surabaya. Foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) identik dengan umat muslim terutama warga Nahdliyyin, sebutan bagi pengikut dan anggota ormas NU. Namun ternyata kampus tersebut cukup diminati warga non muslim untuk menimba ilmu. Waryani misalnya. Warga kristiani ini menempuh pendidikan S1 Kebidanan Unusa.
ADVERTISEMENT
Meski sebagai warga kristiani, namun perempuan paruh baya itu mengaku cukup dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Kegemarannya membaca jurnal tentang NU menjadikan bidan di salah satu rumah sakit di Surabaya memilih kuliah di Unusa.
"Saya sudah tahu tentang NU itu sejak masih usia muda ya. Sering baca jurnal tentang NU, sejarah NU. Jadi saya merasa cukup dekat dengan NU, saya tahu bagaimana budaya NU," terang Waryani kepada Basra, Rabu (23/4).
Saat merasa sudah mampu secara finansial maka Waryani pun tak menunda keinginannya untuk kuliah. Unusa menjadi pilihan utama ibu dua anak ini menimba ilmu kebidanan jenjang S1.
"Sebelumnya saya hanya lulusan D3 Kebidanan. Karena finansial belum mencukupi, saya memutuskan kerja dulu (sebagai bidan). Puji Tuhan saya bisa kuliah S1 dan Rabu ini saya akan wisuda," tuturnya berbinar.
ADVERTISEMENT
Ya, hari ini Rabu (23/4) Waryani akan diwisuda bersama ratusan wisudawan Unusa lainnya. Sebuah momen yang telah dinantikan Waryani sejak lama dan baru terealisasi di usianya yang tak muda lagi.
Kuliah di kampus yang mayoritas mahasiswanya muslim tak menjadikan Waryani memiliki kendala berarti. Waryani bahkan merasa nyaman dengan perlakuan teman kelas hingga dosennya.
"Saya nyaman ya selama kuliah di Unusa. Teman-teman baik, dosennya juga. Apalagi saya kan yang paling tua di kelas. Sama dosennya juga lebih tua saya," tuturnya seraya tergelak.
Selain tak ada kendala berarti selama kuliah di Unusa karena perbedaan keyakinan, Waryani juga tak merasa risih saat harus berbaur dengan teman-teman kampus yang usianya justru seusia anaknya.
"Mereka baik, cukup menghormati saya sebagai yang lebih tua. Jadi saya nyaman saja," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Meski usianya sudah tak lagi muda namun bagi Waryani tak ada kata terlambat untuk menempuh jenjang S1.
"Secara usia memang bisa dibilang sudah cukup terlambat ya. Tapi kuliah S1 sudah jadi impian saya sejak lama dan baru bisa terwujud di usia saya yang sudah kepala 50 tahun. Tapi saya tetap semangat kok kuliahnya," tuturnya.
"Upgrade ilmu itu perlu dilakukan di usia berapa pun selama kita masih mampu. Saya senang belajar, apalagi di era teknologi seperti sekarang. Saya memang gaptek maka dari itu saya perlu terus upgrade ilmu," sambungnya.