Mewaspadai Tuberkulosis pada Anak yang Sering Muncul Tanpa Gejala

Konten Media Partner
14 Desember 2019 7:31 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang bersumber dari Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui udara. Penularan TB ini sangat mudah karena bisa saat seseorang berbicara, batuk, bersin, bahkan saat tertawa yang mengandung bakteri TB terhirup orang lain, maka rentan tertular.
ADVERTISEMENT
Meski sering dianggap penyakit pernapasan, tapi nyatanya bakteri TB dapat menginfeksi otak, tulang, hati, dan usus serta dapat menyebabkan kematian.
Menurut dr. Retno Asih SpA, dokter spesialis anak RSAU Soemitro Surabaya, anak biasanya tertular TB dari orang dewasa yang sakit TB dan berkontak erat dengannya minimal dalam waktu 2 minggu.
"Orang dewasa yang sakit TB yang paling mudah menularkan adalah yang pemeriksaan dahaknya positif mengandung kuman TB. Adanya sumber penularan baik di dalam atau sekitar rumah juga di lingkungan terdekat lainnya misalnya di taman bermain, sekolah, tempat les; merupakan faktor risiko anak terkena TB," jelasnya, Jumat (13/12).
Gejala sakit TB pada anak, agak berbeda dengan gejala TB pada orang dewasa. Jika pada orang dewasa gejala batuk darah atau batuk lama merupakan gejala utama, pada anak gejala tersering adalah demam lama yang tak kunjung sembuh.
ADVERTISEMENT
Anak juga sering mengalami kesulitan menaikkan berat badan atau bahkan mengalami penurunan berat badan. Selain itu TB pada anak lebih banyak menyerang bagian tubuh selain paru seperti TB selaput otak, TB tulang, TB kelenjar dsb.
"Batuk pada anak yang patut dicurigai sebagai gejala TB bila batuk terjadi terus-menerus selama paling sedikit 2 minggu, tidak pernah reda, bahkan cenderung makin memberat," imbuhnya.
Intensitas batuk biasanya tidak berbeda antara siang dan malam. Harus dibedakan antara batuk pada TB dengan batuk yang terkait alergi yang juga sering dialami oleh anak dengan adanya riwayat alergi pada keluarga.
Batuk alergi, katanya, lebih bersifat hilang-timbul, biasanya timbul jika ada pencetus, malam atau dini hari lebih berat daripada di siang hari. Batuk terkait alergi ini dapat mereda dengan atau tanpa pengobatan. Anak yang mengidap TB juga cenderung kurang aktif dibandingkan temannya sedangkan pada alergi biasanya anak tetap aktif seperti biasa.
Gambar oleh Angelo Esslinger dari Pixabay
Diagnosis TB pada anak lebih sulit dibandingkan pada dewasa, karena gejalanya terkadang kurang khas dan anak belum dapat sepenuhnya mengeluarkan dahak untuk diperiksakan. Oleh sebab itu dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada anak.
ADVERTISEMENT
Setelah mengumpulkan keterangan perjalanan penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang sangat penting untuk membuktikan bahwa anak sudah terinfeksi TB adalah uji tuberkulin yang disebut dengan uji Mantoux (Mantoux test).
Jika uji tuberkulin tidak tersedia, maka alternatif pemeriksaan untuk membuktikan adanya infeksi adalah pemeriksaan darah yang disebut dengan IGRA (Interferon gamma release assay)-TB. Pemeriksaan penting lainnya adalah pemeriksaan Rontgen dada.
"Pada kondisi tertentu misalnya didapatkan benjolan kelenjar pada daerah leher maka dokter akan melakukan biopsi atau pengambilan contoh jaringan pada benjolan yang membesar tersebut. Semua informasi mulai dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik termasuk penelurusan pertumbuhan melalui kurva berat badan, uji Mantoux, Rontgen serta pemeriksaan tambahan lainnya akan menjadi dasar penegakan diagnosis TB," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Jika diagnosis TB sudah ditegakkan maka anak harus minum obat anti TB selama 6 bulan. Pada kondisi TB yang berat, misalnya sampai mengenai selaput otak maka pengobatan berlangsung sampai 12 bulan. Obat diminum setiap hari dan ada obat yang menyebabkan air kemih berwarna oranye-kemerahan.
Biasanya gejala membaik pada 1-2 bulan pertama, namun harus ditegaskan bahwa pengobatan yang tidak tuntas atau putus berobat dapat mengakibatkan kambuhan dalam bentuk yang lebih berat.
"Pengobatan TB harus tuntas dan sampai sembuh, sehingga harus dipahami pentingnya keteraturan minum obat," simpulnya.