Minimalkan Limbah Kain, Bikin Baju Masa Depan Pakai Software 3D Prototyping

Konten Media Partner
3 Februari 2023 14:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Saat ini perkembangan industri digital sudah merambah di dunia fashion. Hal inilah yang coba dikembangkan Petra Christian University (PCU), dalam menyiapkan mahasiswanya khususnya di Textile and Fashion Design program dalam menghadapi tantangan di industri mode.
ADVERTISEMENT
Lewat mata kuliah Digital Fashion, mahasiswa diminta menunjukkan hasil karyanya dengan tema resort wear.
Luri Renaningtyas, S.T., M.Ds., selaku dosen penanggung jawab mengatakan, dalam mata kuliah ini para mahasiswa belajar menggunakan software CLO 3D.
Mahasiswa diajarkan menjahit secara virtual untuk kemudian mensimulasikan hasil desainnya lalu membuat animasi desainnya dalam sebuah tayangan maya fashion show.
“Mata kuliah ini sudah ada sejak tahun 2018 yang lalu. Harapannya para mahasiswa Textile and Fashion Design PCU bisa mengatasi tantangan dalam industri mode yang perubahannya juga sangat cepat sehingga mereka bisa mempersiapkan diri untuk masa depan," tuturnya pada Basra, Jumat (3/2).
Di tugas ini, mahasiswa diminta mempromosikan baju desainnya dalam bentuk foto fashion. 3D Prototyping yang dibuat di CLO3D bisa terlihat realistis seolah-olah ada model memakai baju fisik sungguhan.
ADVERTISEMENT
"Cara kerjanya mahasiswa hanya perlu menempelkan virtual garmen (3D) ke foto fashion. Sebelumnya mahasiswa telah memodifikasi pose tubuh avatar CLO3D sedemikian rupa meniru pose foto modelnya, kemudian membuat simulasi 3D garmen yang di draping ke pose avatar. Setelah jadi, 3D garmen tadi di compose dengan photoshop," ucapnya.
Luri menjelaskan, dengan memanfaatkan state of the art software seperti CLO ini maka proses desain dan produksi garmen akan lebih efisien.
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
Selain itu, para designer tidak perlu membuat sampel fisik untuk jualan sehingga proses time to market juga lebih cepat.
"Kalau jahit manual kan kita harus beli kainnya, membuat pola, atau lebih banyak riset, makan waktu dan biaya. Nah, dengan bantuan teknologi ini bisa mempercepat proses itu tadi, lebih hemat, dan ramah lingkungan karena tidak banyak membuang kain. Pokoknya menggunakan digital fashion ini designer bisa langsung memilih, menentukan kain hingga melihat hasilnya saat itu juga," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Luri mengaku, jika ke depan digital fashion ini sangat menjanjikan. Bahkan di luar negeri, seorang desainer sudah dapat menjual desainnya secara virtual dengan software tersebut.
"CLO sudah standar industri kalau di luar negeri. Semoga para mahasiswa dapat menjual 3D garmen baju sebagai NFT (Non-Fungible Token) di Metaverse bersamaan dengan physical twinnya jika mahasiswa juga memproduksi sampel fisiknya," harapnya.
Sementara itu, Clarita Angel salah satu mahasiswa yang membuat desain baju bertema Yin and Yang ini mengaku, membutuhkan waktu sekitar 2 bulan dalam mengerjakan tugasnya.
"Karena ini terbilang baru banget ya, apalagi di Surabaya belum ada, jadi saya sama teman-teman juga baru diajari. Mulai dari basic-nya, avatarnya, sampai memasukkan motifnya gimana. Terus tools-nya juga banyak, jadi harus lebih teliti. Tapi ini menyenangkan," tukasnya.
ADVERTISEMENT