Konten Media Partner

Musim Demam Berdarah, Ini Beda Demam DBD dan COVID-19

29 Januari 2021 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. Foto-foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. Foto-foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain waspada dengan adanya COVID-19, masyarakat juga harus ekstra waspada dan tetap memperhatikan kebersihan lingkungan agar terhindar dari demam berdarah dangue (DBD).
ADVERTISEMENT
Penyakit BBD disebabkan oleh virus DBD yang menginfeksi manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti. 
Apalagi di tengah musim pancaroba, biasanya kasus musiman yang terjadi di Indonesia ini akan meningkat.
Salah satu gejala jika seseorang terkena DBD yakni demam. Lantas apa yang membedakan gejala demam pada DBD, COVID-19 dan penyakit lainnya?
Menjawab hal itu, dr. Heru Wijono SpPD FINASIM, mengatakan jika gejala yang khas dari DBD adalah demamdemam bifasik. Yakni deman yang timbul kembali.
"Demam ini biasanya tiba-tiba datang, kemudian setelah 3 atau 4 hari panasnya turun. Lalu setelah beberapa hari panasnya berkurang atau stabil, kemudian naik lagi demamnya. Kenaikan suhu yang kedua ini kita bilang bifasik khas dari DBD, dan saat suhu naik trombosit juga ikut turun," kata dr. Heru dalam Kuliah WhatsApp 'Kenali DBD dan Demam', Kamis (28/1).
ADVERTISEMENT
Selain demam, dokter internis RS Husada Utama Surabaya ini menjelaskan jika ada gejala lain seperti nyeri tenggorokan, mual, sering buang air besar, nyeri perut dan kepala.
Ilustrasi bercak merah ketika seseorang terkena DBD.
Ia juga menyebut jika ada gejala lain yang khas ketika seseorang terkena DBD yakni munculnya bercak merah kecil pada permukaan lengan bagian bawah saat dilakukan pemeriksaan rumpel leede atau tes torniquet.
"Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan darah pasien. Pada bagian lengan bawah ditekan dengan manset dan dibiarkan 5 menit, lalu dilihat apakah muncul becak merah  kecil. Kalau muncul berarti positif DBD dan harus segera melakukan pengecekan trombosit," jelasnya.
dr. Heru mengungkapkan, jika bercak merah pada penyakit DBD berbeda dengan campak. Bercak DBD memiliki ciri-ciri berwarna merah dan datar (tidak berisi air). Sementara bercak pada campak tidak datar dan justru ada sedikit benjolan.
ADVERTISEMENT
"DBD saat ditekan dengan jari tidak akan hilang, karena bukan pelebaran pembuluh darah. Melainkan bintik tersebut adalah sel-sel darah yang merembes keluar dari pembuluh darah," ungkapnya.
Terakhir, untuk dapat membedakan gejala DBD dengan gejala COVID-19 atau penyakit lainnya, dr. Heru menyarankan agar tetap melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti cek rongen hingga melakukan tes swab.
"Untuk mencegah DBD sendiri, 3M (membersihkan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas) masih dirasa sangat efektif," pungkasnya.