Nasib SD Budi Luhur Surabaya, Tetap Berdiri di Tengah Keterbatasan

Konten Media Partner
27 Maret 2019 5:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di SD Budi Luhur. Foto: Masruroh
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di SD Budi Luhur. Foto: Masruroh
ADVERTISEMENT
Berada di tengah pemukiman padat penduduk, tak sulit menemukan Sekolah Dasar (SD) Budi Luhur Surabaya. Maklum, sekolah yang berada di kawasan Banyu Urip Lor ini sudah berdiri sejak tahun 1965.
ADVERTISEMENT
SD Budi Luhur hanya punya tiga ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar. Padahal, mereka harus menampung 126 siswa, yang terbagi ke dalam jenjang kelas 1 hingga kelas 6.
Oleh karena keterbatasan jumlah ruang kelas itulah, akhirnya jam pelajaran sekolah dibagi menjadi dua sesi: pagi dan siang.
''Kelas 1 sampai 6 jumlah siswanya tidak sama. Untuk kelas 6, misalnya saja sekarang ada 29 siswa,'' ujar Siti Maryam, Kepala SD Budi Luhur, saat ditemui Basra, Selasa (26/3).
Untuk biaya SPP, seperti diungkapkan Maryam, SD Budi Luhur hanya mematok Rp 20 ribu per siswa setiap bulannya. Sedangkan untuk siswa kelas enam ada tambahan Rp 20 ribu per siswanya.
''Ya karena kan siswa kelas 6 ada kegiatan perpisahan jadi ada tambahan dana yang dibebankan kepada siswa. Untuk dana dari sekolah juga kami tidak ada, jadi dana kegiatan perpisahan kelas ya dari dana mandiri siswa yang dikumpulkan setiap bulannya sebesar Rp 20 ribu setiap anak,'' tuturnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Maryam, pihaknya tak bisa mematok banyak untuk biaya SPP, mengingat latar belakang orang tua siswa yang kebanyakan hanya sebagai pedagang makanan ringan.
Foto : Masruroh
''Ekonomi keluarga siswa juga pas-pasan jadi kami tidak bisa berbuat banyak,'' imbuhnya.
Maryam menuturkan, dari pihak pemerintah kota sendiri, dalam hal ini Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, hanya memberikan bantuan sukarela.
''Kami dapat bantuan seragam sekolah setiap tahunnya tapi tidak untuk semua siswa, hanya beberapa saja. Tahun ajaran ini siswa kami yang mendapat bantuan seragam ada 12 anak, setiap anak dapat dua pasang seragam,'' papar perempuan yang mengabdi di SD Budi Luhur sejak 1983 ini.
Meski dalam kondisi yang terbilang pas-pasan, tetapi Maryam bersyukur karena sekolahnya masih mampu menggelar ujian secara mandiri.
ADVERTISEMENT
''Ujian (siswa) kelas 6 (yang dilaksanakan) bulan depan, kami bisa mandiri tidak nebeng sekolah lain. Itu kami sudah sangat bersyukur,'' tukasnya.
Pada ujian siswa kelas 6 yang dilaksanakan pada April mendatang, SD Budi Luhur akan melakukannya secara manual karena tidak memiliki peralatan yang menunjang.
''IT kami tidak menunjang, jangankan untuk ujian, untuk laporan ke diknas saja saya masih sering kesulitan karena memang peralatan IT-nya tidak menunjang,'' pungkasnya.
(Reporter: Masruroh/Editor: Windy Goestiana)