Konten Media Partner

Nestapa Topeng Kertas di Surabaya yang Makin Terlupakan

6 Januari 2020 13:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerajinan topeng karya Choirul Anam. Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan topeng karya Choirul Anam. Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Di Surabaya dulu ada perkampungan yang dikenal dengan sebutan Kampung Topeng. Lokasinya berada di Jalan Girilaya, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Mulai dari gang I hingga X di kampung tersebut dulunya merupakan sentra pembuatan topeng kertas.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, keberadaan Kampung Topeng kian tersisih. Bahkan, kini hanya tersisa satu orang saja yang masih menggeluti kerajinan topeng kertas. Dia adalah Choirul Anam (55), warga Girilaya VII.
Ayah dua anak itu mengakui jika topeng kertas tak lagi dilirik anak-anak karena mereka lebih asyik bermain gawai. Meski tak lagi diminati, Anam mengaku tetap akan menjalani profesi sebagai perajin topeng kertas yang merupakan warisan dari ayahnya.
Choirul Anam bersama topeng-topeng buatannya.
"Sekarang anak-anak baru nyari topeng kertas kalau ada tugas dari sekolahnya untuk bikin kerajinan topeng," ujar Anam kepada Basra, Senin (6/1).
Selain itu, lanjut Anam, berkurangnya peminat topeng kertas saat ini juga disebabkan oleh memudarnya nilai tradisi dalam kalangan masyarakat Kampung Topeng itu sendiri. Anam mengatakan, dulu ada tradisi bentengan atau bandengan setiap bulan Maulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad dalam penamaan Jawa Islam. Dalam tradisi tersebut, anak-anak biasanya akan bermain dengan memakai topeng kertas.
ADVERTISEMENT
"Bentengan atau bandengan itu kan juga mainan anak-anak jaman dulu. Nah, anak-anak sekarang malah enggak tau soal permainan itu," tukas Anam.
Anam sendiri membuat dua jenis Topeng Ndas-ndasan (topeng kepala). Topeng Ndas-ndasan jenis pertama menggambarkan karakter binatang, mulai dari sapi, harimau, gajah, hingga naga. Sedangkan topeng jenis lainnya, yang dibuat berukuran lebih kecil serta lebih banyak, menggambarkan karakter harimau dan badut. Kedua topeng ini dibanderol Anam dengan harga mulai dari Rp 25.000.
Namun, saat ini Anam lebih banyak membuat topeng-topeng kecil dikarenakan peminat topeng kertas yang semakin hari semakin sepi. Topeng jenis ini dibanderol dengan harga Rp 15.000.
Bubur kertas yang telah diolah dan dicetak.
"Topeng Ndas-ndasan hanya produksi di bulan Maulud atau kalau ada pesanan saja. Sehari-harinya ya bikin topeng yang ukurannya lebih kecil untuk anak-anak sekolah itu," imbuh Anam.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pembuatannya, Anam memanfaatkan limbah kertas bekas untuk dijadikan bahan pokoknya. Kertas-kertas bekas itu dikumpulkan dari berbagai kantor-kantor pemerintahan, sekolah, dan pengepul buku bekas.
Kertas yang sudah terkumpul itu kemudian dibuat bubur kertas dengan cara merendamnya dalam air.
Untuk memberikan bentuk dalam karakter topengnya, Anam mencetak bubur kertas itu dengan cetakan semen sesuai dengan karakter yang diinginkan. Topeng yang sudah kering kemudian masih harus dilapis kertas hingga beberapa kali sebelum siap untuk dikenakan. Dalam proses perekatan itu, Anam menggunakan lem tradisional yang dibuat dari tepung kanji.