Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Nestapa Warga Gedung Setan Surabaya Tak Miliki Kejelasan Tempat Tinggal
20 Desember 2024 6:28 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Robohnya atap dan dinding di bagian barat dari Gedung Setan Surabaya memaksa para penghuninya harus mengungsi di Balai RW dan Balai RT. Ada sekitar 18 Kepala Keluarga atau 58 orang yang kehilangan tempat tinggal karena musibah yang terjadi di hari Rabu (18/12) sore itu.
ADVERTISEMENT
Yang Sukmono Catur (41) adalah salah satu dari 58 warga penghuni Gedung Setan yang harus kehilangan tempat tinggal. Bersama istri dan anaknya, pria yang kerap disapa Antok ini kini mengungsi di Balai RW.
"Ada 8 KK yang mengungsi di Balai RW, 3 KK lainnya di Balai RT. Dan sisanya mengungsi ke rumah saudara atau warga sekitar Gedung Setan," tutur Antok, saat ditemui Basra di lokasi pengungsian, Kamis (19/12) sore.
Antok mengungkapkan hingga kini belum ada kejelasan terkait perbaikan dari Gedung Setan. Pasalnya, bangunan Belanda tersebut merupakan milik perorangan. Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tak bisa melakukan perbaikan atau renovasi.
"Gedung itu statusnya milik pribadi, bukan milik Pemkot. Nah yang jadi permasalahan, keturunan langsung dari pemilik bangunan itu belum ketemu sampai sekarang. Makanya kami juga bingung (kelanjutan nasib Gedung Setan)," ujar pria yang telah menempati Gedung Setan itu sejak 15 tahun silam.
ADVERTISEMENT
Antok mengungkapkan penghuni Gedung Setan saat ini merupakan keturunan dari para pengungsi Tionghoa yang pertama kali menempati bangunan tersebut sejak ditinggal sang pemilik, seorang dokter Tionghoa.
"Setelah VOC meninggalkan Indonesia, gedung Belanda tersebut beralih kepemilikan ke Dokter Teng Sioe Hie atau Teng Khoen Gwan. Pada tahun 1948 saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan pembantaian besar-besaran di Madiun, Dokter Teng Sioe Hie memutuskan gedung yang sudah tidak ia singgahi itu dijadikan tempat penampungan sementara para keturunan Tionghoa," jelasnya.
"Istri saya merupakan warga asli Gedung Setan. Jadi mertua saya itu sudah tiga generasi tinggal di Gedung Setan," imbuhnya.
Karena tidak ada kejelasan status pemilik dari bangunan tersebut maka perbaikan tak bisa dilakukan. Alhasil para penghuni Gedung Setan terancam kehilangan tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
"Kami juga bingung nanti mau tinggal di mana. Sementara ini masih bisa di Balai RW dan segala kebutuhan kami akan tercukupi oleh Dinsos tapi hanya selama 10 hari mengungsi (kebutuhan tercukupi)," tuturnya.
Menurut Antok, saat ini para pengurus Gedung Setan bersama pihak Kelurahan Banyu Urip berupaya agar para warga Gedung Setan bisa tinggal di rumah susun (rusun) milik Pemkot Surabaya.
"Kami maunya begitu (pindah ke rusun). Karena Gedung Setan memang sudah tidak bisa ditempati, bangunannya rusak. Tapi saya dapat kabar kalau rusun milik Pemkot itu sudah penuh malah masih ada warga yang waiting list mau masuk rusun," keluhnya.
Antok bersama puluhan warga lainnya berharap ada keajaiban yang bisa menjadikan mereka memiliki tempat tinggal yang layak.
ADVERTISEMENT
"Semoga ada keajaiban dan nanti kami bisa memiliki tempat tinggal layak. Meski tidak bisa tinggal di rusun, semoga Gedung Setan bisa diperbaiki sehingga kami bisa kembali (ke Gedung Setan)," harap Antok.