Konten Media Partner

Oknum Pendeta di Surabaya Jadi Pelaku KDRT, Psikolog Ungkap Penyebab KDRT

4 September 2024 7:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi KDRT. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi KDRT. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang oknum pendeta di Surabaya berinisial MH ditetapkan polisi sebagai tersangka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). MH ditetapkan sebagai tersangka usai dilaporkan oleh istrinya yang berinisial SY.
ADVERTISEMENT
Video kasus KDRT oleh oknum pendeta itu viral di media sosial (medsos). Dalam video tersebut terlihat seorang pria diduga MH, memukul kepala seorang wanita menggunakan tangan dan sebuah benda panjang. Wanita tersebut diduga SY, istri pelaku.
Kasus KDRT yang dilakukan oknum pendeta itu menambah daftar panjang terjadinya tindak kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Psikolog Pranedia Nilamsari, S.Psi,.M.Psi, Psikolog, pun turut buka suara terkait maraknya kasus KDRT.
"Miris ya sekarang banyak sekali terjadi kasus KDRT, dari mulai public figure yang kemarin viral itu sampai kalangan masyarakat biasa," ujar Pranedia, kepada Basra, belum lama ini.
Pranedia melanjutkan, mayoritas pelaku KDRT adalah laki-laki kepada pihak perempuan. Selain faktor ekonomi, ada faktor lain yang dapat memicu terjadinya KDRT.
ADVERTISEMENT
"Faktor ekonomi, iya. Tapi ada faktor lain yang bisa memicu terjadinya KDRT, yaitu agresivitas. Perilaku yang agresif ini cenderung mendorong seseorang tidak bisa mengontrol emosinya," terang Pranedia.
"Semua orang punya agresivitas, hanya saja kemampuan seseorang untuk mengolah agresivitas tersebut menjadi sangat penting. Dan laki-laki cenderung lebih agresif ketimbang perempuan," imbuhnya.
Menurut Pranedia, agresivitas adalah kecenderungan untuk melakukan perilaku agresif, baik secara verbal maupun fisik, dengan tujuan untuk menyakiti atau menyerang orang lain atau makhluk hidup lain. Agresivitas dapat muncul karena rasa tidak puas atau untuk pertahanan diri.
"Pengendalian perilaku ini dapat mencegah bertambahnya masalah lain. Sehingga, emosi bisa lebih terkendali dan kesehatan mental tetap terjaga dengan baik," tukasnya.