Olah Umbi Porang Jadi Cookies, Mahasiswa di Surabaya Raih Penghargaan

Konten Media Partner
13 Juni 2022 14:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Co-man, cookies dari umbi porang.
Di Jepang umbi porang kerap digunakan sebagai bahan dasar pembuatan nasi shiratake dan mie siratake yang biasa digunakan sebagai cara untuk menjalankan diet.
ADVERTISEMENT
Umbi porang memiliki kadar kalori paling rendah dibandingkan nasi dan umbi-umbian lainnya. Selain itu umbi porang juga mengandung banyak zat gizi salah satunya sangat tinggi serat.
Porang adalah tanaman umbi-umbian yang bernama latin Amorphallus muelleri Bl. Umbi porang mengantar mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meraih penghargaan. Mereka adalah Dwi Indah Fadhilatul Amanah, Alisyah Azzahra Putri, dan Anggita Lusiana Dewi.
Ketiganya meraih juara tiga pada lomba Management Administration Great Innovation Competition (MAGIC) National Business Plan Competition di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, setelah membuat bisnis plan Co-man kepanjangan dari cookies matan. Cookies ini terbuat dari tepung umbi porang.
"Umbi porang saat dijadikan cookies sangat cocok untuk mereka yang sedang menjalani program diet, tapi tetap ingin nyemil," ungkap salah satu anggota tim dari Prodi S1 Gizi Unusa, Dwi Indah Fadhilatul Amanah, Senin (13/6).
ADVERTISEMENT
Dwi Indah Fadhilatul Amanah, mahasiswa Prodi S1 Gizi Unusa, bersama dua rekannya yang berhasil meraih penghargaan karena cookies dari umbi porang.
Dwi menambahkan, jika timnya memilih untuk menggunakan tepung porang karena ingin Indonesia memiliki banyak inovasi pengolahan dari umbi porang. Selama ini Indonesia hanya mengekspor bahan mentah umbi porang.
"Kedepannya dengan salah satu ide yang kami cetuskan berupa cookies, semoga akan muncul inovasi-inovasi baru cara pengolahan umbi porang, sehingga dapat menambah nilai ekonomi dari umbi porang dan mampu membantu perekonomian para petani porang yang cukup banyak di Jawa Timur," jelas Dwi.
Dwi mengungkapkan, kesulitan yang dialami timnya saat mengolah umbi porang adalah karena tanaman ini termasuk jenis tanaman tahunan, sehingga harus menunggu hingga satu sampai dua tahun baru bisa dipanen.
“Harga tepung dari porang juga cukup mahal dan harganya di pasaran tidak stabil. Sehingga dalam mengolahnya menjadi tepung kami langsung bekerjasama dengan petani untuk membelinya," ucap Dwi.
ADVERTISEMENT
Untuk cookiesnya, Dwi menjelaskan satu wadah cookies terdapat coco chip yang terdapat huruf braille yang membentuk kata-kata motivasi.
"Kami ingin memberikan kesan untuk penyandang tuna netra mendapatkan motivasi dari kata-kata penyemangat dari setiap membeli Co-Man," tukasnya.