Konten Media Partner

OPINI: Kemampuan Bercerita Bagi Guru, Perlukah?

10 Juli 2022 10:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penulis (Ariani Safitri) membawa gitar mendongeng kisah Dodo dan Tingting di acara Dolan Dolen Dongeng Ceria di Hari Anak Nasional 2019.
zoom-in-whitePerbesar
Penulis (Ariani Safitri) membawa gitar mendongeng kisah Dodo dan Tingting di acara Dolan Dolen Dongeng Ceria di Hari Anak Nasional 2019.
ADVERTISEMENT
Sebagai usaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Pemerintah meluncurkan “Kurikulum Merdeka” melalui Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka). Pemerintah menetapkan kerangka dasar kurikulum merdeka dengan membagi 4 tema yang mendasari penerapan kurikulum merdeka, yaitu, profil pelajar Pancasila, struktur kurikulum, capaian pembelajaran dan prinsip pembelajaran, serta asesmen. Lembaga pendidikan kemudian mengembangkan operasional satuan modul ajar, projek, dan bahan ajar mengacu pada keempat tema tersebut.
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka menjadikan guru bukan sekadar orang yang menyampaikan informasi dan pengetahuan, tetapi membuka ruang diskusi antara peserta didik dan pendidik untuk memperluas pemahaman. Kegiatan berbasis project akan menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Dalam penerapannya, kurikulum merdeka memiliki fleksibilitas dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dengan penerapan Kurikulum Merdeka, maka dibutuhkan kompetensi guru yang mampu merencanakan proses pembelajaran secara mendalam, membuka ruang diskusi, dan menjadi fasilitator siswa dalam memahami pelajaran secara komprehensif. Dengan demikian diperlukan guru yang memiliki kemampuan berpikir kritis, terbuka terhadap perkembangan teknologi, merancang metode pembelajaran yang menarik, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang menyenangkan. Seorang guru yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, bisa menciptakan suasana dan memperkaya siswa dengan pengalaman belajar yang menyenangkan.
Berbagai jurnal penelitian telah membahas tentang dampak positif kegiatan bercerita pada hasil pembelajaran maupun pemahaman siswa. Berbagi cerita merupakan cara menyampaikan pesan dan sudah menjadi bagian penting dalam budaya Indonesia. Apakah seorang guru perlu memiliki kemampuan bercerita?
ADVERTISEMENT
Kemampuan Bercerita Dalam Mengembangkan Kompetensi Siswa
Kurikulum Merdeka mengarahkan siswa pada kompetensi yang dibutuhkan di abad 21. Diperlukan kemampuan menyampaikan yang menyenangkan kepada siswa agar materi dapat dipahami dan diserap dengan baik. Pada akhirnya kemampuan bercerita seorang guru akan mampu membawa siswa pada kompetensi yang diharapkan. Bercerita dalam konteks komunikasi adalah sebuah usaha untuk memberikan informasi, mempengaruhi, dan menggerakkan melalui ucapan atau penuturan. Guru sebagai komunikator menyampaikan pesan melalui media yang dia rancang kepada siswa sebagai komunikan. Kemudian terjadi proses timbal balik, sehingga ruang-ruang dialog antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa pun terjalin untuk terciptanya pemahaman bersama.
Seorang guru dengan kemampuan bercerita yang baik mampu menyajikan materi yang telah dirancang dengan cara yang mudah dipahami siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru saat menyampaikan materi adalah :
ADVERTISEMENT
1. Menguasai materi
Menyampaikan materi dengan cara bercerita membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang materi yang disampaikan. Guru bisa menghubungkan peristiwa ataupun menyusun cerita yang berhubungan dengan kehidupan siswa, sehingga akan terasa dekat dan menarik bagi siswa.
2. Atraktif
Seorang guru perlu menciptakan suasana yang ceria dan menarik saat menyampaikan cerita tentang materi yang disampaikan. Kreativitas seorang guru dibutuhkan untuk menarik minat siswa.
3. Ekspresif
Penggunaan ekspresi yang tepat dan menggugah akan memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Guru yang ekspresif akan mengikat konsentrasi siswa pada materi yang disampaikan.
4. Artikulasi, Intonasi, dan Jeda
Pada saat bercerita diperlukan penekanan-penekanan pada hal penting yang perlu dipahami siswa. Penguasaan intonasi, artikulasi, dan jeda sangat mempengaruhi perhatian serta pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
ADVERTISEMENT
5. Bahasa Tubuh/Gesture
Bahasa tubuh seorang guru saat bercerita dalam penyampaian materi pembelajaran akan memperkuat kesan siswa pada materi yang diajarkan. Untuk itu seorang guru perlu menggunakan Bahasa tubuh yang tepat saat memaparkan materinya.
6. Percaya Diri
Untuk menjadi seorang pencerita yang baik, seorang guru perlu memiliki rasa percaya diri, sehingga materi yang disampaikan akan mempengaruhi siswa lebih kuat.
Kemampuan bercerita tersebut dapat diperoleh dengan latihan dan mempelajarinya secara khusus. Namun sayangnya dalam kurikulum perkuliahan calon pendidik baik sekolah dasar maupun menengah tidak ada mata kuliah yang mengajarkan secara khusus mengenai kemampuan bercerita.
Mata kuliah storytelling bisa ditemukan dalam kurikulum Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD), akan tetapi tidak semua perguruan tinggi menjadikannya mata kuliah tersendiri. Padahal, jika kita berbicara kemampuan bercerita sebagai bentuk komunikasi, hal ini merupakan keterampilan yang paling mendasar untuk dipelajari seorang calon guru atau pendidik. Tidak hanya calon pendidik PAUD, akan tetapi calon pendidik di level dasar dan menengah memerlukan keterampilan bercerita untuk menjadikan materi yang disampaikan menarik dan mudah dipahami siswa.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut kemampuan bercerita juga sangat dibutuhkan untuk menstimulasi siswa dalam meningkatkan kompetensi dan capaian pembelajaran yang ditetapkan.
Jika para guru dibekali keterampilan bercerita dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka akan lebih mudah menstimulasi siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Dengan demikian Kurikulum Merdeka akan mencapai tujuannya. Mempersiapkan anak-anak yang mampu menjawab tantangan zaman.
Penulis :
Ariani Safitri (Founder Komunitas Kumpul Dongeng)
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas PGRI Adibuana, Surabaya