Konten Media Partner
Opini: Motivasi Technoference ; Distraksi dalam Pengasuhan Anak
24 Januari 2024 11:52 WIB
ยท
waktu baca 4 menitKonten Media Partner
Opini: Motivasi Technoference ; Distraksi dalam Pengasuhan Anak
Technoference atau technology interverence adalah distraksi pengasuhan yang disebabkan oleh penggunaan teknologi. #publisherstoryBASRA (Berita Anak Surabaya)



ADVERTISEMENT
Istilah technoference mungkin belum terlalu familiar di telinga kita, namun bagi sebagian masyarakat urban, fenomena ini di era technology 4.0 menuju 5.0 sudah hampir setiap hari kita jumpai.
ADVERTISEMENT
Technoference atau technology interverence adalah distraksi pengasuhan yang disebabkan oleh penggunaan teknologi. Coba kita amati, keluarga mana yang tinggal di kota besar yang tidak memiliki gawai / gadget di rumah?
Bahkan masyarakat yang berada di daerah pedesaan pun setidaknya memiliki satu gawai setiap rumah. Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia pada tahun 2020 lalu membooster penggunaan teknologi dalam semua aspek kehidupan manusia. Teknologi adalah suatu kemutlakan untuk tetap belajar, bekerja dan terkoneksi dengan sanak saudara atau teman yang letaknya jauh dari tempat dimana seseorang berada.
Smartphone seringkali bertindak seperti kantong ajaib yang menyimpan semua data, informasi, interaksi, transaksi sekaligus wahana hiburan instan yang mudah dibawa kemanapun berada.
Hampir setiap aktifitas kita sehari-hari bergantung pada penggunaan smartphone entah untuk merespon sosial media, menjawab customer, berselancar (phubbing) di internet untuk mencari informasi dan berita terkini, namun ada juga yang menggunakannya untuk tetap eksis di sosial media dengan menampilkan beberapa foto kegiatan yang telah dilaluinya.
ADVERTISEMENT
Dalam pengasuhan anak, kemudahan akses informasi sangat membantu ibu-ibu dalam mengakses informasi parenting, panduan melakukan stimulasi yang benar untuk mendukung tumbuh kembang anak optimal, panduan dalam pengenalan kegawatan penyakit anak, memperoleh informasi seputar vaksinasi, panduan pemberian makan yang sehat.
Sejalan dengan itu pula kemajuan teknologi juga membantu pemerintah menggalakkan program nasional dalam hal sosialisasi pemberian ASI eksklusif, pencegahan stunting dan imunisasi.
Fitur-fitur yang canggih di dalam smartphone memungkinkan seseorang melakukan multitasking dalam satu waktu sekaligus sehingga sulit membedakan mana aktifitas yang urgent dilakukan dan mana yang bisa ditunda.
Tuntutan pekerjaan dan kejenuhan memaksa orang untuk mencari hiburan instan yang dapat diakses di layar gawai. Seseorang terkadang merespon dengan cepat chat atau komentar orang lain yang mungkin tidak dikenal yang tidak ada di depan mata sementara mengabaikan orang atau anak yang ada di depannya atau disebut dengan istilah present absent paradox yang menyebabkan orang merasa kesepian di tengah keramaian yang diistilahkan dengan together alone.
ADVERTISEMENT
Ada 3 hal yang dapat menjelaskan mengapa orang tua masa kini cenderung ingin berkutat dengan gawainya yang menyebabkan menurunnya komunikasi dengan anak antara lain:
Fear of Missing Out (FOMO) / takut ketinggalan informasi.
Orang berlomba-lomba mengikuti berita terkini dan mengetahui berita yang sedang viral di medsos karena ingin dianggap ada, ingin diperhitungkan keberadaanya di suatu komunitas dan ketakutan ditinggalkan dari kelompok tertentu. Seseorang yang terlalu sibuk di dunia maya kemungkinan memiliki kebutuhan untuk dimiliki, divalidasi/ diakui oleh orang lain yang tidak didapatkan di dunia nyata. Perasaan terisolasi dan kesepian juga memotivasi orang untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Perasaan kesepian atau loneliness.
Kesibukan orang tua yang menjenuhkan dengan rutinitas di rumah yang monoton menyebabkan ruang gerak orang tua terbatas oleh waktu yang berkutat dengan pengasuhan anak, terisolasi dari circlenya, dukungan teman-temannya dan sanak keluarganya.
ADVERTISEMENT
Bosan dan jenuh dengan keadaan dan berusaha melarikan diri sejenak dari keadaan atau istilah populernya adalah menjaga kewarasan.
Munculnya suatu kecemasan dapat menyebabkan orang menghindar dari suatu masalah. Orang tua (terutama ibu) berusaha mengenali adanya permasalahan diri dan mencari jalan keluar masalahnya.
Hal ini dapat dijelaskan oleh Teori dari Maslow (1943) tentang hierarki kebutuhan manusia antara lain adalah pemenuhan kebutuhan :a. Kebutuhan akan biologi dan fisiologi (udara, makanan, minuman, perlindungan, kehangatan, tidur, seks. b.Kebutuhan akan rasa aman. c. Kebutuhan akan cinta dan dimiliki (pertemanan, intimasi, rasa percaya). d.Kebutuhan akan percaya diri (pencapaian, keahlian, status, kewibawaan. e. Kebutuhan aktualisasi diri
Sedangkan CR Rogers (1961) menyatakan bahwa seseorang diciptakan untuk mengaktualisasikan diri menjadi individu yang lebih baik karena setiap individu ingin mendapatkan penghargaan positif baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. CR Rogers menyatakan bahwa self/ diri dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a. Actual self : keadaan individu yang sesungguhnya saat ini. b. Ideal self : keadaan individu yang akan dicapai di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu menurut tokoh psikologi well-being, Carol D Ryff (1989) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologi diperoleh ketika seseorang berfungsi secara penuh dan memiliki : a.Penerimaan diri. b.Pertumbuhan pribadi yang kuat. c.Tujuan hidup yang kuat ( untuk mengembangkan diri). d. Hubungan positif dengan orang lain. e. Penguasaan lingkungan (mendesain lingkungan yang diinginkannya). e. Otonomi yang tinggi (untuk mencapai aktualisasi diri).
Kemajuan teknologi membawa dampak bagi kemajuan informasi dan pengetahuan serta kemudahan gaya hidup. Adanya berbagai motivasi orang tua terikat kuat dengan gadgetnya, namun demikian komunikasi dengan orang terdekat termasuk anak adalah hal penting dari seorang ibu/orang tua untuk mampu menjadi orang tua yang peka dan tanggap akan kebutuhan anak (responsive parent) (MagPsiSci/222503/Ubaya)
ADVERTISEMENT
Penulis : dr. Irma Lestari Paramastuty, SpA.MBiomed
Reviewer : Prof. Dr.Yusti Probowati Rahayu, Psikolog