Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
OPINI : Tetap Sehat Mental Meski Relasi Toksik Terjadi di Tempat Kerja
15 November 2024 9:09 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Sebagaimana yang kita ketahui, banyak sekali stressor di tempat kerja. Salah satunya adalah toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat yang akan berdampak pada kinerja individu secara keseluruhan. Tempat kerja merupakan tempat dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu produktif kita. Oleh sebab itu, kenyamanan tempat kerja tidak dapat diabaikan. Sayangnya, hubungan yang tidak sehat kerap mengganggu kenyamanan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dampak Toxic Relationship di Tempat Kerja
Hubungan yang tidak sehat dapat muncul dalam bentuk perundungan, intimidasi, pelecehan seksual, manajemen yang terlalu ketat, diskriminasi, gossip dan kurangnya rasa hormat. Alih-alih dapat bekerjasama untuk meraih tujuan organisasi yang optimal, hubungan toxic justru mudah sekali tersulut oleh keadaan organisasi yang kurang sehat. Faktor hubungan yang tidak sehat dapat datang dari individu itu sendiri maupun dari organisasi yang menaungi.
Dampak dari hubungan yang tidak sehat ini sangat luar biasa. Lattimer (2023) dalam artikelnya berjudul ‘How To Recognise Toxic Relationships At Work And What To Do’ mengungkapkan bahwa mengalami hubungan yang tidak sehat di tempat kerja dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan karyawan dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan perilaku yang tidak sehat dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan fisik. Lebih jauh lagi, hubungan yang tidak sehat dapat menyebabkan penurunan produktivitas, tingkat pergantian karyawan yang tinggi, dan dampak negatif pada reputasi organisasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali perilaku yang tidak sehat, memahami dampaknya, dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengubah lingkungan yang tidak sehat menjadi lingkungan yang positif .
ADVERTISEMENT
Mengenali Perilaku Toxic di Tempat Kerja
Karyawan toxic tentu bukan karyawan yang menyenangkan. Bekerja bersamanya bukan menjadi harapan setiap orang. Oleh sebab itu penting bagi kita mengenali mana karyawan yang dapat bekerjasama dengan kita dan mana karyawan yang rasanya sulit bersinergi dengan kita.
Lattimer (2023) mengungkapkan beberapa ciri yang ada pada individu toxic :
1. Mereka dapat menyebarkan rumor dan gosip tentang rekan kerja mereka. Hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman dan dapat menyebabkan ketidakpercayaan serta konflik dalam tim.
2. Karyawan yang toxic dapat menindas (bullying) rekan kerja mereka, yang dapat menyebabkan tekanan emosional dan memengaruhi produktivitas tim.
3. Karyawan yang toxic mungkin memiliki sikap negatif dan mungkin terus-menerus mengeluh atau mengkritik rekan kerja mereka atau organisasi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak memotivasi dan dapat memengaruhi moral tim.
ADVERTISEMENT
4. Karyawan yang toxic mungkin menolak untuk bekerja sama dengan rekan kerja mereka atau mungkin dengan sengaja menyembunyikan informasi atau sumber daya. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dan dapat memengaruhi kinerja tim.
5. Karyawan yang toxic mungkin memiliki keterampilan komunikasi yang buruk dan mungkin tidak mendengarkan rekan kerja mereka atau mungkin menyela mereka. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan dapat memengaruhi efektivitas tim.
Setelah mengenali tipe karyawan toxic penting pula untuk mengatasi masalah tersebut sebelum kondisi tidak menyenangkan yang dihasilkan memengaruhi kinerja tim.
Lattimer (2023) merekomendasikan beberapa pendekatan yaitu :
1. Langkah pertama adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan masalah. Anda dapat mengamati perilaku karyawan dan berbicara dengan rekan kerjanya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Setelah Anda mengidentifikasi perilaku tersebut, berikan umpan balik kepada karyawan tersebut. Jelaskan secara spesifik tentang perilaku yang menyebabkan masalah dan bagaimana hal itu memengaruhi kinerja tim.
3. Tetapkan ekspektasi yang jelas untuk perilaku karyawan dan konsekuensi jika tidak memenuhi ekspektasi tersebut. Pastikan karyawan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa konsekuensinya jika mereka tidak membaik.
4. Tawarkan dukungan kepada karyawan untuk membantu mereka memperbaiki perilaku mereka. Ini dapat mencakup pelatihan, pembinaan, atau pendampingan.
5. Jika perilaku tersebut tidak membaik, pimpinan mungkin perlu mengambil tindakan disipliner. Ini dapat mencakup peringatan lisan, peringatan tertulis, atau pemutusan hubungan kerja.
Bagaimana Membangun Lingkungan Sehat di Tempat Kerja
Mengubah lingkungan kerja yang toxic bisa jadi sulit, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan. Lattimer (2023) merekomendasikan beberapa langkah transformasi kondisi toxic kepada kondisi tempat kerja yang sehat, sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
1. Berikan contoh positif: Pimpinan mencontohkan perilaku positif yakni saling hormat, empati, dan saling dukung diantara rekan kerja.
2. Berkomunikasi secara terbuka: Dorong komunikasi terbuka dan dorong rekan kerja Anda untuk berbagi ide dan pendapat mereka. Dengarkan secara aktif dan tanggapi dengan hormat.
3. Dorong kolaborasi: Dorong kolaborasi dan kerja tim untuk membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Dorong rekan kerja Anda untuk bekerja sama dan saling mendukung.
4. Berikan dukungan: Tawarkan dukungan kepada rekan kerja yang mungkin sedang berjuang dengan lingkungan kerja yang toxic. Ini dapat mencakup pendampingan, pelatihan, atau konseling.
5. Tangani akar penyebabnya: Identifikasi akar penyebab lingkungan kerja yang toxic dan ambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Ini mungkin melibatkan perubahan pada kebijakan, prosedur, atau kepemimpinan organisasi.
ADVERTISEMENT
6. Tuntut pertanggungjawaban individu: Tuntut pertanggungjawaban individu atas perilaku mereka dan ambil tindakan yang tepat bila perlu. Jelaskan bahwa perilaku toxic tidak dapat ditoleransi.
7. Rayakan keberhasilan: Rayakan keberhasilan dan akui perubahan positif yang sedang dilakukan. Hal ini dapat membantu membangun momentum dan menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Dengan transformasi yang positif di lingkungan kerja akan memungkinkan situasi toxic di lingkungan kerja dapat teratasi dan seluruh karyawan memiliki kesehatan mental yang memadai dan dapat bersinergi untuk mencapai tujuan organisasi.
Penulis : Dr. Ike Herdiana, M.Psi.,Psikolog.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
(Pusat Riset dan Inovasi Kesehatan Mental)