Konten Media Partner

Ortu Perlu Waspada, Pedofil Mengintai Anak-anak di Game Online

14 Juli 2024 9:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak main game online. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak main game online. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ruang cyber terutama game online saat ini bukan hanya diminati orang dewasa, namun juga anak-anak. Tanpa disadari bahaya dapat mengintai anak-anak saat berselancar di game online, salah satunya bahaya yang datang dari predator seksual.
ADVERTISEMENT
Fitur yang tersedia dalam game online tidak hanya menyajikan permainan semata, namun memungkinkan user atau pengguna saling berinteraksi dengan pengguna lainnya dari segala penjuru saat berlangsungnya permainan.
“Kondisi tersebut membuka peluang bagi para predator seksual mencari mangsa anak-anak sebagai kelompok yang rentan. Melalui tipu daya atau tindakan manipulatif, atau yang dikenal dengan istilah child grooming,” ungkap Holy Ichda Wahyuni, Pakar Anak UM Surabaya, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Minggu (14/7).
Holy menjelaskan, anak-anak menjadi kelompok yang rentan karena anak-anak masih belum dapat berpikir kritis tentang konsep persetujuan (consent).
“Anak-anak dapat dengan mudah terjebak pada bujuk rayu dengan iming-iming yang menarik bagi mereka. Misal fitur game yang dapat mendukung permainan, hadiah, data internet, atau iming-iming lainnya,” imbuh Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UM Surabaya ini.
ADVERTISEMENT
Menurutnya telah banyak terjadi anak-anak yang menjadi korban pornografi karena terjebak dalam manipulasi pedofil pada game online. Seperti kasus anak-anak yang terbujuk mengirimkan foto vulgarnya kepada partner game online. Ditambah dengan fitur anonymous, yang membuat para pelaku semakin berani.
Menurut Holy, orang tua harus dapat memberlakukan regulasi dalam pola parenting terutama pada aktivitas screen time. Misal game apa saja yang bisa diakses oleh anak di usianya, bahkan orang tua dapat hadir langsung mendampingi anak-anak ketika bermain game. Sehingga upaya pertama adalah membangun interaksi dan pendekatan emosional yang intens dengan anak-anak.
Selanjutnya, orang tua juga dapat memberikan edukasi kepada anak-anak tentang bahaya memberikan informasi pribadi kepada orang tidak dikenal, baik identitas maupun foto.
ADVERTISEMENT
“Edukasi pencegahan seksual sejak dini juga penting untuk dibangun. Tentang perilaku orang lain yang bisa dikategorikan sebagai pelecehan,” katanya.
Terkadang bagi sebagian orang tua obrolan tentang hal tersebut terkendala dengan batasan tabu. Padahal sudah saatnya orang tua menormalisasi edukasi tentang literasi digital yang aman, serta pencegahan kekerasan seksual terhadap anak.
“Apalagi, pendidikan pertama bagi anak, adalah lingkungan keluarga,” tandasnya.