Pak Tino Sidin di Google Doodle Hari Ini, Pelukis yang Pernah Jadi Gerilyawan

Konten Media Partner
25 November 2020 5:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Google Doodle 25 November 2020 tentang Pak Tino Sidin.
zoom-in-whitePerbesar
Google Doodle 25 November 2020 tentang Pak Tino Sidin.
ADVERTISEMENT
Bila membuka mesin pencarian Google di hari ini ada yang spesial. Google Doodle merayakan hari kelahiran Pak Tino Sidin, seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal di era 70-90an berkat program acara 'Gemar Menggambar' di stasiun televisi TVRI.
ADVERTISEMENT
Pak Tino lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada 25 November 1925 dan wafat di Jakarta pada 29 Desember 1995 di usia 70 tahun.
Pak Tino semasa hidupnya selalu mengajak anak-anak untuk berani menggambar. Beliau pun punya trik menggambar yang sangat khas yaitu diawali menggambar garis lurus atau garis lengkung terlebih dulu, hingga akhirnya terbentuk objek.
Bahkan hingga kini, kita masih bisa melihat karya, memorabilia, hingga buku-buku gambar milik Pak Tino di Museum Taman Tino Sidin di Jalan Tino Sidin 297 Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Taman Tino Sidin di Yogyakarta
Sebelum pandemi, anak-anak bisa mengikuti kelas menggambar di Taman Tino Sidin dan belajar teknik menggambar mudah dan menyenangkan ala Pak Tino.
Meski jumlah pengunjung ke Taman Tino Sidin masih dibatasi selama pandemi ini, tapi di museum tersebut pengunjung juga masih bisa belajar melukis dengan metode Pak Tino.
ADVERTISEMENT

Pak Tino Ternyata Pernah Membuat Propaganda Anti Belanda dan Bergerilya

Sketsa milik Pak Tino Sidin saat masih aktif bergerilya.
Mengutip kisah perjalanan Pak Tino di laman www.tamantinosidin.net, Pak Tino sebenarnya bukan hanya dikenal sebagai juru gambar saja. Pak Tino adalah pejuang kemerdekaan, aktif di kepanduan, palang merah, art director beberapa film, pemain film, penulis, serta guru kebatinan yang dekat dengan Bung Karno dan Pak Harto.
Pak Tino sejak kecil sangat suka menggambar dan belajar secara otodidak. Karya Pak Tino mulai tampak kiprahnya sejak zaman pendudukan Jepang. Bakat alamiah seorang Tino Sidin ditemukan tanpa sengaja oleh tentara Jepang ketika menggambar di pasir. Ia kemudian diangkat sebagai pembuat poster propaganda Jepang dengan jabatan Kepala Bagian Poster Jawatan Penerangan di Tebing Tinggi pada 1944.
ADVERTISEMENT
Pasca kemerdekaan, Tino Sidin bersama Daoed Joesoef dan Nasjah Djamin mendirikan Kelompok Angkatan Seni Rupa Indonesia di Medan. Di sini Tino juga aktif di kepanduan dan kepalangmerahan.
Tahun 1946, Tino Sidin pindah ke Yogyakarta. Melukis atau membuat sketsa, membuat propaganda anti Belanda, sekolah, bergerilya dan aktif di kepanduan adalah kesehariannya.
Pada Februari 1949, Tino ke Jakarta dengan bergabung Batalyon X Divisi Siliwangi. Long march bersejarah ini terekam dalam sketsa-sketsa (dimana kumpulan sketsa ini pernah diserahkan kepada Komandan Pasukan Siliwangi, tetapi ditolak karena dianggap sebagai lukisan yang belum jadi).
Pak Tino Sidin
Tahun 1951, Tino Sidin kembali ke Tebing Tinggi untuk mempersunting Nurhayati dan menjadi guru olahraga di Taman Dewasa (SMP) Tamansiswa, setahun kemudian mereka pindah ke Binjai. Di kota inilah karir melukis Tino Sidin mulai dikenal dengan nama Tino’S.
ADVERTISEMENT
Tahun 1961, Tino Sidin kembali ke Yogyakarta setelah mendapat tawaran bea siswa di Akademi Seni Rupa Indonesia. Setahun kemudian, istri dan anak-anak beliau boyong ke Yogyakarta.

Menjadi Guru Gambar

Perjalanan karir Pak Tino di TVRI dimulai dari sanggar lukis anak Kelompok Seni Sono yang didirikan Ny. Larasati Suliantoro Sulaiman dan Ny. Boldwin. Saat itu, Pak Tino dipercaya sebagai pengasuh sanggar lukis tersebut di tahun 1968.
Pak Tino di TVRI
Pada tahun 1969, TVRI Yogyakarta mengundang Pak Tino untuk mengisi acara ‘Gemar Menggambar’. Lambat laun metode dan cara menggambar Pak Tino mulai menjadi 'virus positif' di kalangan anak-anak. Acara ini berlangsung hingga tahun 1978. Gemar Menggambar kemudian berpindah ke stasiun TVRI Pusat mulai 1979 hingga 1989.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1972, Pak Tino terlibat dalam pembuatan film layar lebar ‘Sisa-sisa Laskar Pajang’ sebagai Art Director. Selain film tersebut, ia terlibat pula dalam film ‘Api di Bukit Menoreh’ (art director) dan ‘Nakalnya Anak-anak’ (aktor).
Pada tahun 1979 Pak Tino kembali ke Jakarta untuk tugas negara sebagai penatar guru gambar nasional serta mengisi acara ‘Gemar Menggambar’ di TVRI Pusat. Di Jakarta beliau juga mengasuh sanggar-sanggar gambar di seantero Jakarta. Sanggar-sanggar inilah cikal bakal berdirinya Taman Tino Sidin.
Pak Tino Sidin juga seorang penulis dan menghasilkan komik dewasa di tahun 1953 ‘Harimau Gadungan’ dan ‘Kalau Ibuku Pilih Menantu’. Komik anak-anak seperti ‘Anjing’, ‘Bandung Lautan Api’, ‘Bawang Putih Bawang Merah’, ‘Ibu Pertiwi’, ‘Serial Pak Kumis’, ‘Membalas Jasa’ dan beberapa judul lainnya. Di samping komik, juga ada buku cerita seri mewarnai bertajuk ‘Membaca Mewarnai Merakit’.
ADVERTISEMENT
Ada pula buku mengambar bagi anak-anak seperti Gemar Menggambar Bersama Pak Tino Sidin (Kanisius 1975), Ayo Menggambar (Balai Pustaka) dan Menggambar dengan Huruf (Karya Unipress 1992) yang menjadi buku paling efektif dalam pola pengajaran menggambar.
Sepanjang menjadi guru gambar, Pak Tino dikenal dengan ‘reward statement’-nya ‘Ya … Bagus’ 'Teruskan jangan takut-takut' untuk anak-anak yang telah mencoba menggambar sesuai keinginannya.