Konten Media Partner

Pakai Bija Setelah Sembahyang, Ini Maknanya Bagi Umat Hindu

11 Maret 2024 9:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bija yang terbuat dari beras utuh memiliki makna tersendiri bagi umat Hindu. Foto: Maruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Bija yang terbuat dari beras utuh memiliki makna tersendiri bagi umat Hindu. Foto: Maruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat keluar dari pura, sebuah benda kecil kerap terlihat menempel di kening bagian tengah umat Hindu. Tak hanya umat perempuan, benda tersebut juga terlihat menempel di kening umat pria.
ADVERTISEMENT
"Itu namanya Bija atau Bije kalau orang Bali menyebutnya. Karena orang Bali selalu menyebut akhiran huruf A dengan E. Jadi Bije," ujar Vicaa Desti Indriani, Ketua Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) cabang Kota Surabaya, kepada Basra, belum lama ini.
Vicaa melanjutkan, bija merupakan beras yang menjadi sumber pokok makanan sehari-hari. Hanya saja bija yang ditempel di kening itu memiliki makna tersendiri.
"(Bija) itu beras yang biasa kita makan. Diletakkan di kening sebagai simbol penyucian pikiran, diletakkan juga di area ulu hati untuk menyucikan perbuatan kita," terang Vicaa.
Selain ditempelkan pada anggota tubuh tertentu, Vicaa mengungkapkan jika bija juga dimakan sebanyak 3 butir usai sembahyang.
"Makan tiga biji ya, dimasukkan dalam mulut untuk menyucikan perkataan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Vicaa, umat Hindu berkeyakinan tinggi, bahwa bija ini untuk berproses menanamkan benih-benih kesucian pikiran, kesucian perkataan, dan kesucian perilaku yang dilandasi dengan kesucian hati nurani yang juga dijiwai oleh benih-benih kesucian ke Siwa-an.
Bija juga dikatakan sebagai unsur utama dalam mengarungi kehidupan umat manusia untuk memperoleh kesejahteraan, kesuburan, dan kehidupan yang jagadhita karena berkaitan dengan Sri Dewi Maha Laksmi, sebagai dewi pemberi kehidupan untuk mencapai kemakmuran.
"Makanya bija dibuat dari beras yang utuh, lonjong (tidak patah) dan baik," tukasnya.