Konten Media Partner

Pakai Ilmu Neuropsikiatri, Mahasiswa Ubaya Raih Juara 2 di RMO 2019

18 Juli 2019 8:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila pemenang kedua RMO 2019. Dok. Ubaya
zoom-in-whitePerbesar
Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila pemenang kedua RMO 2019. Dok. Ubaya
ADVERTISEMENT
Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila tak pernah menyangka bisa menjadi juara kedua di ajang kompetisi Regional Medical Olympiad (RMO) 2019 yang diadakan pada 7- 14 Juli 2019 lalu di Malang, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Bahkan kedua mahasiswa Fakultas Kedokteran Ubaya ini berhasil mengalahkan 11 tim Fakultas Kedokteran dari seluruh wilayah Jawa Timur hingga Papua untuk kompetisi di cabang Neuropsikiatri.
Neuropsikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran dan klinis yang menggabungkan ilmu neurologi (kajian dan pengobatan gangguan sistem saraf) dan psikiatri (kajian dan pengobatan kondisi kejiwaan).
Salah satu perwakilan tim, Stephanie mengatakan jika persiapan untuk mengikuti kompetisi ini dibutuhkan waktu selama dua bulan lamanya.
"Untuk persiapan yang kami lakukan berupa latihan soal pilihan ganda, praktikum hingga simulasi tanya jawab dalam menangani kasus pasien yang memiliki gangguan saraf dan kejiwaan," ucap Stephanie ketika ditemui Basra pada Rabu (17/7) di Kampus Ubaya Tenggilis, Surabaya.
Selama mengikuti kompetisi, Stephanie dan Almas harus melewati beberapa metode ujian berbahasa Inggris agar lolos jadi juara. Pada babak penyisihan, Stephanie dan Almas harus mengerjakan 120 soal Multiple Choice Question (MCQ) berbasis Computer Based Test (CBT) dalam waktu 120 menit.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Stephanie dan Almas harus menyelesaikan soal tentang Objective Structured Practical Examination (OSPE) yaitu Pertanyaan praktikum terkait biomedik dan pemeriksaan penunjang.
Setelah berhasil lolos babak penyisihan, tim Fakultas Kedokteran Ubaya masuk dalam babak semifinal dengan mengikuti ujian MCQ II dengan total jumlah 100 soal dalam waktu 100 menit.
Kemudian berlanjut ke Objective Student Case Examination (OSCE) yaitu praktik menjadi dokter untuk menghadapi atau menangani pasien sesuai perintah soal.
"Jadi di babak semifinal ini kami mendapat studi kasus pasien yang menderita skizofrenia. Pasien ini diantar oleh keluarganya. Terus kami dituntut tanya jawab ke pasien dan memberikan terapi dan cara menanganinya," ungkapnya.
Setelah berhasil lolos babak final. Tim dari FK Ubaya ini harus melewati Student Oral Case Analysis and Public Health (SOCA-PH). Ujian ini menilai kemampuan analisis terhadap kasus terkait sistem saraf dan kondisi kejiwaan. Selanjutnya, tim mengikuti Medical Quiz Game (MQG) yang terdiri dari dua Jenis soal yaitu soal wajib serta soal rebutan tanya jawab.
ADVERTISEMENT
"Kami senang dan tidak menyangka bisa lolos hingga babak final karena target awal kami bisa lolos di semifinal adalah hal luar biasa," tutr mahasiswa angkatan 2016 ini.
Untuk kendala yang dihadapi, Stephanie mengaku tidak ada kendala yang begitu sulit. "Yang paling tegang waktu mendapat studi kasus. Nah setiap orang diberi studi kasus yang berbeda-beda. Terus dari awal hingga akhir kami harus menggunakan bahasa Inggris saat kompetisi," pungkasnya.
Diketahui, pada kompetisi RMO 2019 ini terdapat enam cabang yang dilombakan yaitu Neuropsikiatri, Muskoskeletal, Uro-reproduksi, Digestif, Kardio-Respirasi, dan Penyakit Menular. Setiap Universitas hanya diperbolehkan mengirimkan satu tim yang terdiri dari dua mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk satu cabang perlombaan. (Reporter : Amanah Nur Asiah / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT