news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pakar Sosiolog Ungkap Perempuan Punya Andil Kurangi Jumlah Perokok

Konten Media Partner
30 Desember 2022 13:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo resmi menandatangani larangan penjualan rokok per batang sejak 23 Desember lalu. Larangan itu dimuat dalam Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2022 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Larangan ini didasari oleh usulan Kementerian Kesehatan yang mengungkap adanya peningkatan perokok pemula di Indonesia selama dekade terakhir.
Menanggapi hal itu, Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi, mengatakan, mengerem kebiasaan merokok masyarakat menengah ke bawah tidak cukup hanya melalui pelarangan saja. Tapi juga perlu mengubah kesadaran masyarakat.
"Ini adalah soal pemahaman mengenai bahaya rokok itu sendiri yang perlu digali dan dipulihkan kembali,” ucapnya, Jumat (30/12).
Menurut Prof Bagong, larangan tersebut tidak sepenuhnya menjadi solusi yang baik dalam mengurangi jumlah konsumsi rokok. Pasalnya, perokok yang telah kecanduan akan tetap membeli rokok meskipun tidak dapat lagi membeli secara batangan.
“Perokok adiktif akan beli dalam jumlah banyak sehingga penjual rokok tetap akan dapat untung dan tidak akan kapok,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, potensi bagi masyarakat untuk beralih menggunakan rokok elektrik kebanyakan hanya dimanfaatkan oleh golongan menengah. Akibatnya, rokok tembakau tetap akan marak digunakan.
Untuk mencegah hal itu, pakar sosiologi Unair ini menuturkan, perlu adanya promosi bagaimana menciptakan nilai baru soal bahaya rokok, kejahatan rokok, dan sebagainya.
Selain itu, perlu adanya peran penting perempuan dan tokoh lokal untuk mengatasinya. “Biasanya, suami-suami itu nurut kalau istri yang meminta. The power of emak-emak, bahasa kerennya. Lalu perlu juga mengembangkan gerakan perempuan dan anak anti rokok," tukasnya.