Konten Media Partner

Pakar Unair: Anak Berkebutuhan Khusus Rawan jadi Korban Kejahatan

26 April 2022 12:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Bagong Suryanto, M.Si.
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Bagong Suryanto, M.Si.
ADVERTISEMENT
Kabar meninggalnya Valentino Tandjung, siswa yang dilaporkan hilang selama satu bulan lebih dan ditemukan dalam kondisi tewas di belakang sebuah mal di Jalan Kali Rungkut, Surabaya, masih menjadi misteri bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, ada beberapa dugaan, jika remaja 16 tahun ini meninggal karena bunuh diri, sementara sang ibu Yulian Tini menduga jika anaknya yang merupakan anak berkebutuhan khusus (tuna grahita) meninggal karena dibunuh.
Lantas bagaimana kata pakar?
Melihat kasus tersebut, Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Bagong Suryanto, M.Si. mengatakan, jika anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk ke dalam kelompok masyarakat yang sering kali menjadi korban stigma karena kondisi fisiknya.
Menurutnya, melompok ini memang rawan menjadi korban perundungan, hingha pelecehan dari orang-orang di sekitarnya karena kondisi mereka.
"Kalau memang bunuh diri, tapi kita enggak tahu kan sebenernya bagaimana. Kalau bunuh diri pasti berkaitan dengan preferensi yang ada di kepala korban," kata Prof. Bagong ketika dihubungi Basra, Selasa (26/4).
ADVERTISEMENT
Prof. Bagong menuturkan, kondisi tersebut mereka lakukan biasanya karena meniru, atau ada hal yang dilihat atau diletahui sehingga membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak terduga.
"Biasanya karena pengetahuan, kan mereka punya referensi jadi enggak langsung melakukan. Kalau dibunuh mereka sebagai kelompok yang rentan memang rawan juga sebagai korban," tuturnya.
Meski demikian, untuk mengetahui secara lebih pasti, Prof. Bagong mengatakam perlu adanya penyelidikan lebih lanjut agar tidak timbul spekulasi.
"Tapi kan ini masih belum jelas, jadi butuh penyelidikan lebih lanjut," ungkapnya.
Tak lupa, Prof. Bagong juga berpesan, jika anak berkebutuhan khusus perlu adanya pendampingan, terutama dari pihak keluarga agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
"Untuk anak berkebutuhan khusus ini keluarga perlu mendampingi, supaya hal-hal yang tidak diinginkan baik karena dirinya atau orang lain tidak terjadi. Karena mereka juga kondisinya khusus tidak bisa disamakan dengan kelompok biasa. Kalau tidak didampingi khusus, memang ada titik tertentu itu rawan, rawan menjadi korban atau mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak terawasi oleh keluarganya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Diketahui, Valentino Tandjung merupakan salah satu siswa SMPN 23 Surabaya yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, setelah sebulan dilaporkan hilang.
Valent ditemukan pasa Rabu (20/4) sore sekitar pukul 16.22 WIB di belakang sebuah mal di Jalan Kali Rungkut, Surabaya.
Saat ditemukan, jenazah Valent tergelantung di pohon dalam kondisi hampir jadi tulang belulang.
Selain itu, pihak kepolisian juga menemukan sejumlah barang milik Valent seperti tas, handphone, hingga seragam sekolah yang digunakan Valent.
Jenazah Valent pun sudah dikebumikan pada Kamis (21/4) di wilayah Keputih Surabaya.