Konten Media Partner

Pakar Ungkap Tiga Cara Penularan Hewan Penderita Antraks ke Manusia

9 Juli 2023 10:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru-baru ini kemunculan kasus antraks pada manusia di kawasan Gunungkidul menjadi buah bibir di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, penyakit ini merupakan imbas dari kesengajaan warga dalam menggali dan mengonsumsi sapi mati.
Menanggapi hal itu, pakar kedokteran hewan Universitas Airlangga (Unair), Dr Nusdianto Triakoso MP drh mengungkapkan, bahwa antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis.
“Bila terpapar udara, bakteri ini bisa membentuk spora yang resisten akan suhu dan bahan kimia, sehingga dapat hidup hingga puluhan tahun,” ungkapnya, Minggu (9/7).
Untuk itu, Dr Nus menuturkan tubuh hewan yang teridentifikasi antraks tidak boleh dibelah, meskipun untuk tujuan pemeriksaan.
“Berbeda dengan daging hewan ternak yang mengalami Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang masih aman dikonsumsi dengan prosedur masak tertentu. Hewan antraks sama sekali tidak boleh dibelah apalagi dikonsumsi. Karena bakteri ini menyerang dan merusak organ-organ dalam, terutama limpa,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dr Nus menjelaskan, jika hewan berdarah panas dapat terinfeksi antraks melalui makanan atau minuman yang tercemar spora antraks. Bahkan penyakit ini bersifat zoonosis, atau dapat menular dari hewan ke manusia.
Terkait cara penularannya, Wakil Direktur Pelayanan Medis, Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga ini mengatakan jika ada tiga cara penularan antraks ke manusia.
Pertama melalui saluran pernapasan, pencernaan, dan juga melalui luka terbuka yang ada di kulit. Ketiganya memiliki tingkat keparahan dan gejala yang berbeda.
“Jika spora terhirup maka akan menyebabkan infeksi yang menyerang paru-paru. Sementara yang terjadi di kulit paling sering terjadi, tapi biasanya tidak menimbulkan bahaya,” jelasnya.
Sementara bila masuk melalui sistem pencernaan, penderita akan mengalami kerusakan organ, utamanya limpa dan peredaran darah, seperti halnya hewan ternak yang terinfeksi antraks.
ADVERTISEMENT
"Penyakit ini fatal dan menyebabkan kematian pada manusia. Meski demikian, penyakit ini juga dapat diobati oleh petugas terkait bila gejalanya ditemukan lebih awal," tukasnya.