Konten Media Partner

Pameran Lukisan 'Di Antara Hujan', Cara Pelukis di Surabaya Mengenang Masa Kecil

12 Juli 2023 13:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran Lukisan 'Di Antara Hujan' yang digelar di Artspace Artotel TS Suites. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Lukisan 'Di Antara Hujan' yang digelar di Artspace Artotel TS Suites. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Hujan tidak hanya melambangkan keberkahan tapi juga romantisme tentang ingatan masa kecil. Kebahagiaan menyambut datangnya musim hujan yang menyimpan banyak kenangan masa kecil, empat pelukis asal Surabaya dan Malang menggelar pameran lukisan bertajuk 'Di Antara Hujan'.
ADVERTISEMENT
Bertempat di Artspace, Artotel TS Suites, hingga 7 Agustus mendatang, keempat pelukis yang terdiri dari Friski Jayantoro, Suwandi Waeng, Osyadha Ramadhanna (Oca), dan Victor Syahrul Akbar menampilkan 23 karya lukis.
Penulis pameran, Figo Dimas, mengungkapkan bahwa pameran lukisan 'Di Antara Hujan' merupakan cara bagi empat pelukis tersebut mengaktualisasikan pengalamannya tentang masa lalu.
"Apa yang mereka ingat, maknai, dan berbagai hal yang berpengaruh dalam hidup mereka. Itu yang dituangkan," tuturnya kepada Basra, Rabu (12/7).
Viktor misalnya. Dia membawa ingatan tentang keseharian, ingatan masa kecil ketika bermain, dalam sebuah karya lukis.
Lain lagi dengan perupa Suwandi yang memajang beberapa karyanya dalam gaya semi-realis. Karyanya berjudul #Memori 1, menampilkan ragam objek yang saling bertumpuk. Mulai batang pohon, kursi bergaya klasik, dedaunan dan garis-garis warna yang saling bersilang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya karya #Memori 2. Dalam karya ini Suwandi menempatkan meja dengan jam yang menunjukkan pukul 00:00. Puncak hari, ketika keheningan datang, dan itulah momen yang tepat untuk merenung. Mengumpulkan kembali kenangan silam dan memaknainya sebagai pelajaran hidup.
Masa kecil Suwandi sangat dekat dengan alam dan perbukitan. Lukisannya merupakan upayanya memanggil kenangan itu kembali.
"Memang butuh keheningan. Membuang segala yang mengganggu dalam pikiran. Itulah nikmatnya merenung, menikmati masa lalu dalam hidup kita," tutur Suwandi.