Patut Dicontoh, ART di Surabaya Lulus Sarjana Matematika dengan IPK 3,49

Konten Media Partner
29 September 2021 11:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yesti Rambu Jola Pati. Foto: Dok.pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Yesti Rambu Jola Pati. Foto: Dok.pribadi
ADVERTISEMENT
Yesti Rambu Jola Pati baru saja lulus dari program studi S1 Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unitomo dengan IPK 3,49.
ADVERTISEMENT
Namun, siapa singka di balik kelulusan Yesti menjadi seorang sarjana, perempuan asal Sumba Tengah, NTT, ini merupakan seorang Asisten Rumah Tangga (ART) yang bekerja di kawasan Nginden Intan Barat, Surabaya.
Kepada Basra, Yesti bercerita, tujuan awal ia datang ke Surabaya adalah untuk merantau, dan mencari pekerjaan agar bisa membantu perekonomian keluarga.
"Karena saat saya lulus SMA, saya tidak bisa lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan kondisi orang tua saya yang tidak mampu. Kebetulan saat itu tetangga saya memberitahu bahwa ada yang mencari tenaga kerja sebagai asisten rumah tangga di Surabaya. Akhirnya saya bertekad untuk merantau," kata Yesti ketika dihubungi Basra, Rabu (29/9).
Setelah setahun merantau di Surabaya, Yesti mendapatkan tawaran dari suadara sepupunya yang ingin membiayai perkuliahan Yesti di Perguruan Tinggi. Hanya saja waktu itu, Yesti harus kuliah di Yogyakarta atau Malang dan meninggalkan pekerjaannya di Surabaya. Ia pun akhirnya menceritakan tawaran tersebut dan menceritakan ke sang majikan.
ADVERTISEMENT
"Majikan saya memberikan masukan dan pemahaman ke saya tentang hal ke depannya. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah dengan biaya sendiri dan majikan saya memberikan izin dengan syarat sebelum ke kampus semua pekerjaan saya harus selesai," tuturnya.
Setelah mendapatkan Izin, Yesti memilih kampus Unitomo sebagai tempat ia melanjutkan pendidikan. Pasalnya, selain biaya kuliah yang ringan, di Unitomo juga terdapat kelas pagi dan malam sehingga dirinya bisa menyesuaikan dengan jam kerja.
"Saya masuk Unitomo tahun 2014 hanya dngan modal uang Rp 2,5 juta. Saya tidak kenal siapa-siapa. Waktu itu saya dibantu oleh satpam kampus, saya diantar ke kasir, dari pihak kampus juga mengatur uang saya yang Rp 2,5 juta itu diapakan agar saya bisa kuliah. Puji Tuhan waktu itu saya dipertemukan dengan orang-orang baik, shingga uang yang ada di tangan saya cukup untuk biaya pendaftaran," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Di tengah perjalanan menempuh pendidikan, anak ke 5 dari 6 bersaudara ini mengaku sempat berhenti pada akhir 2016 karena kondisi ekonomi yang kurang membaik. Ia sempat mencari pekerjaan baru karena gaji yang tak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya, kebutuhan orang tuanya, dan membiayai wisuda kakaknya.
Gaji yang diterima Yesti menjadi asisten rumah tangga pun bervariasi. Mulai Rp 1,2 juta pada 2016, hingga Rp 1,7 juta di tahun 2017 di majikan yang lain. Pada tahun 2017, gaji Yesti mengalami kenaikan karena dia memutuskan keluar dari majikan lama dan berganti mengurus lansia di daerah Pondok Tjandra.
Pada awal 2018, ternyata majikan lama yang pernah mengizinkan Yesti kuliah menghubunginya kembali untuk mengajaknya bekerja di tempatnya. Meski berat harus meninggalkan lansia yang sudah dirawat, Yesti tak bisa memungkiri kalau keinginannya untuk kembali kuliah juga terus membayangi.
ADVERTISEMENT
"Saya coba lagi untuk izin ke bos, dan ternyata bosnya juga mengizinkan saya kuliah lagi. Walaupun saat itu ada penolakan dari teman-teman kerja, mereka tidak mengingikan saya kuliah smbil kerja. Tapi karena bosnya baik, bosnya tetap pertahankan saya untuk kuliah sambil kerja. Saya coba mengumpulkan niat saya kembali untuk kuliah, setelah itu saya coba ke kampus cari informasi, apakah saya masih ada kesempatan untuk kuliah, mengingat saat itu saya keluarnya tanpa cuti, saya keluar begitu saja tanpa ada kabar. Puji Tuhan darj pihak kmpus masih memberikan saya kesempatan untuk kuliah tapi dengan syarat 2021 saya harus lulus. Saya ingat saat itu saya dibantu sama Bu Lusi dan Pak Hatip. Pak Hatip bantu mempertemukan saya dengan warek II, setelah itu saya diizinkan kembali untuk kuliah sampai saya dinyatakan lulus," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya alasan Yesti memilih jurusan matematika, ia menuturkan jika kemampuannya memang di matematikan. Di tambah lagi, ia memang suka dengan pelajaran berhitung. Untuk cara membagi waktu antara kerja dan kuliah, Yesti menuturkan jika ia memilih kuliah malam.
"Kuliahnya masih belum ada Corona itu mulai pukul 17.00 WIB - 21.00 WIB. Jadi sebelum ke kampus saya sudah menyelesaikan pekerjaan saya. Siang hari saya mikir pekerjaan, malam harinya saya mikir kuliah dan menyelesaikan tugas kuliah," tuturnya.
Terkait rencana ke depan, Yesti masih menungu informasi lowongan pekerjaan di tempat asalnya di NTT. Karena ia ingin bekerja sebagai guru matematika di NTT.
Tak lupa, ia juga berpesan kepada semua orang untuk tidak pernah berhenti berusaha untuk mengejar mimpi. "Jika kamu punya mimpi, ubahlah mimpimu itu menjadi rencana, rencana yang diucapkan berubah jadi komitmen, dan komitmen yang dilakukan berubah jadi kenyataan. Bermimpilah Setinggi Langit. Dan satu lagi, lakukan yang terbaik untuk kedua orang tua kalian," punkasnya.
ADVERTISEMENT