Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Peduli ODGJ Antar Eddy Sukses Jadi Pengusaha Batik Ciprat
6 Juli 2023 6:34 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tak pernah terlintas dalam benak Eddy Cahyono untuk menjadi seorang pengusaha batik ciprat. Namun kepeduliannya terhadap mereka yang terpinggirkan, seperti orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) hingga penyandang disabilitas justru menjadi jalan pembuka bagi Eddy menjadi pengusaha sukses batik ciprat.
ADVERTISEMENT
Batik ciprat adalah memercikkan air malam atau lilin ke lembaran kain kosong sehingga membentuk motif atau pola tertentu.
Dalam satu bulan Yayasan Kinasih milik Eddy mampu menghasilkan 500 lembar kain batik ciprat karya ODGJ dan penyandang disabilitas binaannya. Saat ini Yayasan Kinasih yang berada di Blitar menampung 65 pasien ODGJ dan penyandang disabilitas. Dari 65 orang ini, 55 di antaranya merupakan pengrajin batik ciprat sedangkan 10 orang lainnya merupakan penjahit.
"15 orang yang ODGJ, lainnya disabilitas. Ada down syndrome, ada rungu wicara, ada autis," ungkap Eddy saat ditemui Basra disela gelaran mini fashion show batik ciprat zero waste di Hotel Quest Surabaya, Rabu (5/7) malam.
Eddy tergerak untuk memberdayakan para ODGJ maupun penyandang disabilitas karena banyaknya penolakan terhadap keberadaan mereka. Bahkan penolakan juga datang dari keluarga mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
"Ada ODGJ yang sudah sembuh tapi akhirnya kambuh lagi, salah satunya karena adanya penolakan dari keluarganya. ODGJ ini tidak diterima di keluarganya. Mereka juga kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah menjalani rehabilitasi medis," papar Eddy.
Menurut Eddy, terapi batik ciprat dapat menjadi media penyembuhan bagi pasien ODGJ. Dengan batik ciprat mereka bisa meluapkan emosinya.
Eddy tak menampik jika bukan perkara mudah untuk bisa mengarahkan para ODGJ dan penyandang disabilitas membuat batik ciprat. Dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Pasalnya para ODGJ dan penyandang disabilitas binaannya kerap mogok di tengah jalan saat tengah proses membuat batik ciprat.
"Memang tidak mudah, karena mereka tiba-tiba mogok karena tantrum, ngamuk. Alhamdulillah sejauh ini bisa kita tangani. Yang sulit itu di masa adaptasi, awal-awal mereka bikin batik ciprat. Biasanya 1 bulan masa adaptasinya," paparnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai terapi penyembuhan, awalnya Eddy membebaskan ODGJ dan penyandang disabilitas binaannya untuk membuat batik ciprat sesuai keinginan mereka.
"Awalnya kita biarkan dulu, mereka mau bikin cipratan yang seperti apa. Kemudian pelan-pelan kita arahkan untuk membuat cipratan kecil, cipratan besar. Itu kita latih berulang-ulang. Kita juga selalu mendampingi mereka agar nantinya tidak ciprat-ciprat seenaknya selain di atas kain. Kuatirnya kan nanti dicipratkan ke temannya. Lah cairan malam ini kan masih panas, jadi selalu kita damping mereka," jelasnya.
ODGJ yang sudah dalam penanganan medis menjadi prioritas utama Eddy untuk menerima terapi batik ciprat ini.
Menerapkan terapi penyembuhan ODGJ dengan batik ciprat sejak tahun 2016, kini Eddy mulai menuai hasilnya. Pasien ODGJ dan penyandang disabilitas binaannya mampu berdaya sendiri seiring mulai diterimanya karya batik ciprat.
ADVERTISEMENT
"Banyak permintaan sekarang ini, dari seluruh Indonesia ya. Bahkan pasien saya yang dulu ditolak keluarganya setelah dia mampu berpenghasilan sudah diterima kembali oleh keluarganya. Itu saya senang sekali," tuturnya haru.
"ODGJ itu bisa sembuh kalau ada support penuh dari orang-orang sekitarnya. Dan ini sudah saya buktikan sendiri," tegasnya.
Eddy menjual selembar batik ciprat dengan harga mulai Rp 175 ribu, tergantung dari bahan kain yang digunakan. Semakin tinggi kualitas bahan kain yang digunakan, akan semakin mahal pula harga batik cipratnya.