Pelampung Hy-Live, Pertolongan Pertama Hipotermia saat Kecelakaan Kapal Laut

Konten Media Partner
24 Januari 2021 10:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Tim Demits Evo 1 ITS terdiri dari (atas dari kiri) Athallah Ramadhan, Ferdina Ramadansyah, Dyon Athallah Ramadhan, serta (bawah dari kiri) Saktiawan Okto Bertha Agustien dan Galih Sukma Adjie bersama prototipe pelampung Hy-Live.
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Tim Demits Evo 1 ITS terdiri dari (atas dari kiri) Athallah Ramadhan, Ferdina Ramadansyah, Dyon Athallah Ramadhan, serta (bawah dari kiri) Saktiawan Okto Bertha Agustien dan Galih Sukma Adjie bersama prototipe pelampung Hy-Live.
ADVERTISEMENT
Saat terjebak dalam kecelakaan kapal laut, ancaman terbesar yang menyebabkan kematian seseorang adalah serangan hipotermia.
ADVERTISEMENT
Selama ini, belum ada pertolongan pada masalah tersebut karena pelampung yang ada di pasaran umumnya tak mempunyai sistem keselamatan untuk menjaga suhu tubuh.
Berlatar belakang hal itu, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam Tim Demits Evo 1 menciptakan sebuah inovasi bernama Anti Hypothermia Lifevest atau Hy-Live.
Ferdina Ramadhansyah selaku ketua tim menuturkan, Hy-Live merupakan sebuah inovasi pelampung yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada korban kecelakaan kapal di lautan, karena dilengkapi dengan heater atau pemanas.
"Hy-Live ini dapat menjadi inovasi baru dalam bidang keselamatan yang diharapkan mampu mengurangi angka kematian akibat kecelakaan kapal," kata Ferdi, Minggu (24/1).
Terkait cara kerja pelampung Hy-Live, Ferdi menjelaskan, inovasinya tersebut menggunakan tiga sensor LM35 yang telah ditempatkan di titik tertentu serta akan mendeteksi suhu tubuh korban dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
“Pembacaan suhu didapatkan dari area sekitar heater yang dekat dengan kulit tubuh, dimana heater tersebut ditempatkan pada bagian dada dan punggung pelampung,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri ITS ini.
Selanjutnya, hasil pembacaan suhu oleh sensor akan diteruskan ke mikrokontroler jenis arduino nano. Kemudian, mikrokontroler mengolah data dari ketiga sensor hingga didapatkan suhu referensi sebagai acuan untuk batasan nyala dan matinya heater.
Ilustrasi skema elektrik dari komponen pelampung Hy-Live, rancangan Tim Demits Evo 1 dari ITS.
“Saat suhu referensi berada di bawah suhu tubuh normal (36 derajat celcius), maka heater akan menyala dan membuat suhu di sekitar heater menjadi hangat,” tambahnya.
Dalam penggunaan komponen heater, Ferdi dan tim menggunakan aluminium karena dapat mendistribusikan panas. Sementara untuk baterai, ia menggunakan baterai lithium ion.
ADVERTISEMENT
“Akan tetapi, penggunaan aluminium hanya karena pelampung ini masih dalam bentuk prototype, sehingga ke depannya diharapkan dapat menggunakan silicon heating pad atau perangkat lain yang lebih advance,” ungkapnya.
Ke depan, Ferdi dan tim akan menyempurnakan inovasi tersebut agar dapat diproduksi secara massal.
"Karena masih perlu menggunakan alat yang mumpuni sehingga baterai terlindung dari air, serta kami ingin menambahkan indikator sebagai penanda kapasitas daya baterai,” pungkasnya.
Berkat inovasi tersebut, Ferdi bersama keempat rekannya Galih Sukma Adjie, Dyon Athallah Ramadhan, Saktiawan Okto, dan Athallah Ramadhan berhasil meraih medali emas dalam ajang Indonesia International Applied Science Olympiad (I2ASPO) pada kategori Applied Physics and Engineering, beberapa waktu lalu.