Konten Media Partner

Pemkot Klaim Sungai Surabaya Kaya Unsur Hara untuk Siram Tanaman

3 Februari 2025 10:42 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perawatan jalur hijau di Surabaya. Foto: Diskominfo Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
Perawatan jalur hijau di Surabaya. Foto: Diskominfo Surabaya
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup) terus berupaya melakukan penataan dan perawatan taman kota hingga jalur hijau. Salah satunya, adalah perbaikan jalur hijau di Jalan Mayjend Sungkono, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH, Myrna Augusta Aditya Dewi mengatakan bahwa penataan jalur hijau pada pedestrian dan beberapa ruas jalan di Kota Pahlawan dilakukan untuk mempercantik tampilan kota, seperti halnya di Jalan Mayjend Sungkono.
"Jadi, ruas jalan di Jalan Mayjend Sungkono ditinggikan karena ada proyek pengerjaan Box Culvert untuk atasi banjir. Oleh karena itu, kami benahi kembali jalur hijau atau taman kecil di tengah kawasan tersebut," ujar Myrna, Senin (3/2).
Myrna menjelaskan, proses penataan atau penanaman jalur hijau di Kota Surabaya menggunakan tanah sedimen dari normalisasi sungai atau bozem. Alasannya karena dalam sedimen mengandung unsur hara atau mineral yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Sedimen sungai adalah material yang terbawa oleh aliran sungai dan mengendap di daerah hilir.
ADVERTISEMENT
"Sedimen diletakkan terlebih dahulu sebagai dasar, lalu ditata dan dibentuk menggunakan cangkul atau alat berat. Kemudian dilakukan pelapisan dengan kompos serta tanah tanam, setelah media tanahnya siap baru dilakukan penanaman," jelas Myrna.
Sedangkan untuk menyiram tanaman menggunakan air sungai. Hal ini karena air sungai banyak disebut memiliki amonia (limbah cair) atau biasa disebut bubuk basah.
Sementara itu karena proses atau tahapan yang cukup panjang, Myrna menyebut, penataan ulang jalur hijau di kawasan Mayjen Sungkono sepanjang satu kilometer ditargetkan rampung pada Februari 2025.
"Memang belum terlihat bagus karena masih proses. Kami selesaikan secepatnya di Februari, karena banyak lokasi lain memang di rayon barat yang akan dibenahi," terangnya.
Myrna meminta masyarakat untuk tidak langsung berasumsi apabila melihat tumpukan tanah sedimen dalam karung di sekitar kawasan tersebut. Sebab, hal itu merupakan bagian dari proses penataan jalur hijau.
ADVERTISEMENT
"Kalaupun ada sampah yang terlihat, itu hanya satu atau dua yang terbawa saat proses pemindahan tanah sedimen. Sampahnya kami bersihkan setelah proses penataan tanah sedimen selesai," tegasnya.
Ia menambahkan, proses serupa untuk penataan taman atau jalur hijau sudah sering dilakukan, tak hanya di Jalan Mayjend Sungkono tapi di banyak ruas jalan yang ada di Kota Surabaya.
"Selama ini prosesnya sama, kami lakukan hal serupa di Jalan Diponegoro, Ngagel dan lainnya. Cuma mungkin sudah kelihatan bagus, kalau di Jalan Mayjend Sungkono masih proses," paparnya.
Myrna menegaskan bahwa penggunaan tanah sedimen untuk tanaman diperbolehkan dan tidak beresiko merusak. Selain itu, dapat menghemat anggaran Pemkot Surabaya.
"Taman dan jalur hijau kami ada ribuan, sehingga dengan pemakaian tanah sedimen bisa menghemat anggaran untuk dialokasikan pada perawatan lainnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Myrna kembali mengedukasi masyarakat bahwa dalam perawatan taman dan jalur hijau terkait penyiraman, pihaknya juga menggunakan air sungai. Sungai di Kota Surabaya sendiri paling rendah sudah memenuhi Kelas IV di mana kelas tersebut dapat diperuntukkan untuk penyiraman tanaman dan memiliki unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman.
"Kami berharap masyarakat tidak langsung mengambil kesimpulan apabila menemukan hal-hal yang dipertanyakan, terutama mengenai perawatan taman dan jalur hijau di Kota Surabaya. Apa yang kami lakukan tentunya untuk menjaga tanaman itu sendiri," pungkasnya.