Konten Media Partner

Pendakian Tektok Ngetren di Kalangan Gen Z, Ini Hal yang Perlu Diperhatikan

31 Oktober 2024 9:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shulhan Syamsur Rijal Public Relations Eiger. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Shulhan Syamsur Rijal Public Relations Eiger. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Pendakian tektok, sebuah istilah yang merujuk pada pendakian cepat tanpa bermalam, kini tengah menjadi tren di kalangan anak muda. Model pendakian ini menarik minat kalangan gen Z karena menantang fisik dan mental untuk menyelesaikan pendakian dalam waktu singkat, biasanya hanya dalam sehari.
ADVERTISEMENT
"Lagi ngetren sekarang pendakian tektok atau tektok gunung ini di kalangan gen Z. Jadi nggak perlu menginap di puncak. Biasanya sampai puncak, foto-foto untuk upload di medsos, sudah langsung turun," ungkap Shulhan Syamsur Rijal selaku Public Relations Eiger, kepada Basra, (30/10).
Pria yang kerap disapa Rijal ini melanjutkan, meski pendakian tektok tak membutuhkan waktu lama namun faktor keamanan dan kenyamanan harus tetap menjadi perhatian utama pendaki.
"Yang penting perbekalan saat tektok gunung cukup. Banyak yang dikhawatirkan para pendaki senior kalau pendaki tektok gunung itu ugal-ugalan, asal-asalan, tidak sampai memikirkan nanti akan kelaparan di gunung atau malah hipotermia," tutur Rijal.
"Padahal tektok itu justru lebih capek karena tidak ada istirahatnya. Perhatikan mandatori. Naik gunung itu bukan zona yang nyaman, mau itu tektok atau enggak, jadi memang harus diperhatikan mandatorinya," sambung Rijal.
ADVERTISEMENT
Rijal menuturkan beberapa outfit khusus perlu dikenakan untuk memberikan kenyamanan saat mendaki. Mulai dari sepatu dengan sol khusus, tas, hingga jaket yang bisa menghalau cuaca dingin agar tidak terkena hipotermia.
Selain outfit yang nyaman, mandatori atau hal penting yang perlu diperhatikan untuk ke alam bebas adalah kemampuan navigasi.
"Yang paling dasar adalah bisa membaca peta. Ada beberapa aplikasi mountaring yang bisa dipakai meski tanpa sinyal. Jadi yang paling penting adalah pemahaman kita akan navigasi," jelasnya.
Rijal menuturkan, saat kepulangan atau turun dari puncak menjadi saat yang krusial bagi pendaki. Tak sedikit pendaki yang tersesat saat turun dari puncak gunung.
"Titik krusialnya itu justru saat pulang karena posisi badan sudah capek, kena cuaca dingin, ditambah logistik yang sudah habis, ya sudah bisa jadi dia jatuh (ke jurang) atau tersesat," tandasnya.
ADVERTISEMENT