Peneliti Unair Temukan Metode Penutup Usus untuk Kasus Gastroschisis pada Bayi

Konten Media Partner
27 Juni 2023 13:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Permasalahan gastroschisis hingga kini masih memprihatinkan lantaran minimnya akses untuk penyembuhan.
ADVERTISEMENT
Gastroschisis sendiri merupakan suatu bentuk kelainan yang mengakibatkan bayi lahir dengan usus atau organ pencernaan lain yang berada di area luar tubuh.
Berlatar belakang hal itu, Dr Prihartini Widiyanti drg SBio MKes baru saja menemukan metode pembuatan kantong silo sebagai penutup usus terburai pada kasus gastroschisis pada bayi baru lahir.
Perempuan yang akrab disapa Yanti ini mengatakan, sebenarnya produk penutup usus terburai untuk kasus gastroschisis telah ada di pasaran.
Sayangnya, produk yang sedianya diimpor dari Bogota itu kini tidak lagi terdistribusi sebab produksinya yang telah lama terhenti.
“Kantong penutup untuk kasus gastroschisis ini sebelumnya memang sudah ada produksinya dari Bogota. Tetapi sekarang produksinya diskontinu, sehingga teman-teman dari klinis bedah anak mengalami kesulitan untuk mendapatkannya,” kata Yanti, Selasa (27/6).
ADVERTISEMENT
Kesulitan dalam memperoleh produk tersebut, membuat ia melakukan penelitian dan pengembangan secara lebih lanjut. Hasilnya, ia menemukan metode pembuatan kantong silo berbahan kolagen berlapis kitosan yang sampai saat ini menjadi penemuan pertama di Indonesia.
Bahkan hasil penitiannya sudah terdaftar sebagai hak paten dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada September 2022 lalu.
“Selama ini kalau kita cari track record penelitian terkait pembuatan penutup usus itu tadi memang belum ada. Jika ada pun biasanya selalu aplikasi in vivo dari produk yang ada di luar negeri,” ucapnya.
Yanti menuturkan, metode pembuatan kantong silo itu bermula dari penelitian yang telah ia lakukan sejak tahun 2014. Berbagai tahapan mulai dari penelitian skala laboratorium, uji coba in vitro, uji fisik, uji biologis, hingga uji coba in vivo pada hewan ternak ia lakukan.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan penelitian, Yanti mengaku sempat mengalami beberapa kendala terutama berkaitan dengan bahan atau material yang pemerolehannya harus secara impor.
“Untuk kesulitan biasanya terkait perolehan bahan, karena kita masih impor dan biasanya perlu waktu yang cukup lama untuk indennya,” tutur peneliti Institute of Tropical Disease (ITD) Unair ini.
Selain itu, keakuratan dalam menentukan metode yang benar juga menjadi salah satu tantangan bagi Yanti. Pasalnya, untuk mematenkan metode tersebut perlu proses panjang yang membutuhkan optimasi dan ketelitian tingkat tinggi.
Lewat gagasan tersebut, Yanti berharap idenya dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat.
"Dengan dukungan penuh, maka karya anak-anak bangsa sepertinya sangat mungkin untuk dapat bersaing di kancah internasional," tukasnya.