Konten Media Partner

Peringati Bulan Bung Karno, Kampus di Surabaya Gelar Pameran Lukisan Sang Fajar

7 Juni 2024 16:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran lukisan 'Sang Fajar'.
zoom-in-whitePerbesar
Pameran lukisan 'Sang Fajar'.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno. Hal ini karena bulan juni memuat beberapa tanggal penting yang terjadi, mulai dari tanggal lahir dan wafatnya Soekarno, hingga tanggal lahirnya Pancasila yang diprakarsai oleh Soekarno.
ADVERTISEMENT
Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya mengadakan serangkaian acara Bulan Bung Karno dengan tema Revitalisasi Semangat Patriotik, salah satunya adalah pameran lukisan 'Sang Fajar'. Kegiatan ini diselenggarakan bersama pelukis Gallery Proses Semarang – Hartono, yang menampilkan 47 lukisan berukuran 2×1 meter itu menggambarkan sosok Bung Karno dalam berbagai perspektif dan juga nilai-nilai negarawan.
Menurut pelukis Hartono, pameran ini adalah kilas balik sejarah jejak Sang Fajar dan menjadi penyemangat dalam melanjutkan perjuangan Bung Karno. Pameran Lukisan ‘Sang Fajar’ ini akan berlangsung selama sembilan hari.
“Pameran diadakan di kampus tentunya untuk memperlihatkan pada generasi muda dan membuka spirit Bung Karno ke generasi saat ini,” ungkap Hartono.
Sementara itu, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berupaya menjadikan pemikiran Bung Karno sebagai landasan untuk membentuk karakter, kepribadian, dan wawasan kebangsaan yang kuat, terutama bagi generasi muda.
Sejalan dengan upaya tersebut, Untag Surabaya memperingati Bulan Bung Karno setiap bulan Juni dengan berbagai kegiatan menarik. Salah satu kegiatan tersebut adalah Seminar Nasional Kebangsaan bertajuk ‘Merajut Kembali Keindonesiaan’.
ADVERTISEMENT
"Semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ merupakan keunggulan bangsa Indonesia. Meski memiliki berbagai perbedaan suku dan budaya, hal ini harus terus dirajut untuk mempersiapkan Indonesia Emas 2045," ujar Rektor Untag Surabaya – Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA, Jumat (7/6).
"Dengan merajut perbedaan suku dan budaya, Indonesia dapat memperkuat fondasi persatuan dan kesatuan serta mewujudkan pembangunan yang adil dan merata. Ini menjadi landasan kuat bagi kita untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," sambungnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya – J. Subekti, SH., MM., mengungkapkan bahwa kondisi Indonesia saat ini sedang terpecah akibat melemahnya rasa nasionalisme dan patriotisme.
J. Subekti juga menilai bahwa pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa semakin menurun.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan survei litbang, hanya 28% anak-anak yang memahami ideologi Pancasila dari guru, 21% dari media sosial, dan 49% tidak mengerti sama sekali. Oleh karena itu, mari kita bangun kembali semangat keindonesiaan dengan menyalakan api perjuangan Bung Karno agar Indonesia tetap dihormati dan diperhitungkan di kancah internasional," ujarnya.
Seminar Kebangsaan ini menghadirkan dua pembicara yang kompeten di bidangnya, yakni Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta – Drs. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D., dan Sang penulis buku ‘Merahnya Ajaran Sukarno, Narasi Pembebasan Ala Indonesia’ – Airlangga Pribadi Kusman, S.IP., M.Si., Ph.D.
Menurut Agus, pendidikan dan pembelajaran Pancasila perlu didorong agar lebih dikenal oleh generasi muda. Jika sektor ini lemah, yang menjadi taruhan adalah kelangsungan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Pendidikan moral harus berjalan secara natural berdasarkan konteks dan pengalaman. Oleh karena itu, kita perlu menghindari indoktrinasi karena demokrasi membutuhkan warga negara dengan kesadaran kritis, termasuk dalam mencerna pilihan-pilihan moral dan etik," jelasnya.
Sejalan dengan Agus, Airlangga berpendapat bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan, sehingga integritas dan etika sangat penting bagi para penyelenggara negara.
"Penting untuk memiliki pemahaman berdasarkan analisis terkait masalah ekonomi politik serta pijakan politisnya. Selain itu, penting juga menggali gagasan dan pemikiran Bung Karno di era digital seperti sekarang," tukasnya
dengan kesadaran kritis, termasuk dalam mencerna pilihan-pilihan moral dan etik," jelasnya.
Sejalan dengan Agus, Airlangga berpendapat bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan, sehingga integritas dan etika sangat penting bagi para penyelenggara negara.
ADVERTISEMENT
"Penting untuk memiliki pemahaman berdasarkan analisis terkait masalah ekonomi politik serta pijakan politisnya. Selain itu, penting juga menggali gagasan dan pemikiran Bung Karno di era digital seperti sekarang," tukasnya.
etik," jelasnya.
Sejalan dengan Agus, Airlangga berpendapat bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan, sehingga integritas dan etika sangat penting bagi para penyelenggara negara.
"Penting untuk memiliki pemahaman berdasarkan analisis terkait masalah ekonomi politik serta pijakan politisnya. Selain itu, penting juga menggali gagasan dan pemikiran Bung Karno di era digital seperti sekarang," tukasnya.