Perjuangan Pak Guru Agus, Semangat Mengajar Meski 2x Seminggu Jalani Cuci Darah

Konten Media Partner
16 Desember 2023 7:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agus Tinus Amin Tohari usai pelantikan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Unusa. Foto: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Agus Tinus Amin Tohari usai pelantikan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Unusa. Foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) telah melantik dan mengambil sumpah 415 peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai guru profesional.
ADVERTISEMENT
Acara pelantikan Pendidikan Profesi Guru (PPG) itu menjadi saksi kisah inspiratif Agus Tinus Amin Tohari. Agus memperoleh gelar baru sebagai guru profesional setelah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sekolah Dasar di Unusa.
Agus menunjukkan dedikasinya untuk menjadi seorang guru profesional, meskipun harus menjalani proses cuci darah dua kali dalam seminggu karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
Meski mengalami berbagai rintangan, Agus tetap teguh pada niatnya untuk menjadi seorang guru. Walau harus berjuang dengan kondisi kesehatannya yang tak baik-baik saja, semangat Agus tidak pernah surut. Ia merasa pendidikan sebagai panggilan jiwa untuk berbagi ilmu dengan generasi muda.
“Sejak kecil saya sudah termotivasi ingin menjadi seorang guru. Ketika lolos tes studi Pendidikan Profesi Guru di Unusa, saya langsung semangat untuk melanjutkan mimpi saya itu. Saya ingin mengembangkan potensi dalam diri saya dan untuk anak-anak didik saya juga,” ucapnya, (15/12).
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran 12 Agustus 1979 itu mengungkapkan, impian tersebut tumbuh dari keinginan kuatnya untuk memberikan dampak positif pada masyarakat melalui pendidikan, meskipun terkendala oleh kondisi kesehatannya yang membutuhkan perhatian ekstra.
Ia mengungkapkan bahwa istrinya menjadi salah satu motivasi kuatnya, dan dukungan dari istri juga yang membuat perjalanan pendidikannya terasa lebih mudah.
"Dukungan dari keluarga, terutama istri. Benar-benar memberi saya kekuatan tambahan untuk terus berjuang dan mengejar impian menjadi seorang guru. Istri saya selalu memberi semangat, seperti selalu membawakan saya laptop dan menemani saya ketika waktunya cuci darah. Saya percaya bahwa pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk masa depan generasi penerus," tutur Agus.
Ia telah memulai kariernya sebagai seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Watugolong 02, Krian, Sidoarjo, sejak tahun 2006.
ADVERTISEMENT
Selama mengajar, Agus tidak pernah mengabaikan muridnya. Ia selalu mengusahakan untuk datang ke sekolah walau hanya setengah hari karena harus menjalani cuci darah.
“Saya selalu berusaha untuk tidak meninggalkan tanggung jawab saya sebagai guru, walaupun harus membagi waktu ketika ada jadwal cuci darah. Begitupun jika harus menjalani studi PPG ini, saya harus pintar-pintar dalam mengkondisikan diri saya, utamanya kesehatan,” ujarnya.
Hal yang sangat berkesan bagi Agus ketika studi PPG adalah ketika ia harus menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL).
“Ketika menjalani PPL, kesehatan saya sempat mengalami kondisi drop, tapi hal tersebut akhirnya berlalu dan itu berkat dukungan penuh dari dosen-dosen pengajar saya di Unusa,” ucapnya.
Agus mengungkapkan, dukungan dari dosen-dosen di Unusa menjadi pegangan kuat hingga akhirnya dia bisa berhasil dilantik. Ketika ada jadwal cuci darah yang bertabrakan dengan jadwal presentasi, Agus juga selalu berkoordinasi dengan dosen pengampu untuk meminta giliran pertama.
ADVERTISEMENT
“Ketika ada jadwal presentasi yang bertabrakan (dengan jadwal cuci darah), saya selalu meminta untuk sesi pertama karena ketika awal-awal itu kondisi saya masih stabil. Dan di situ dukungan sekaligus perhatian dari para dosen sangat berarti bagi saya. Mereka juga sering memotivasi dan memberi solusi selama saya menjalani studi,” ungkapnya.
Suami dari Aulia Rahmawati itu berharap bagi teman-temannya, meskipun sudah selesai studi PPG, tetapi tetap berjuang untuk menambah wawasan dan pengetahuan, serta ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan kepada siapa pun.
“Bagi siapa pun itu jangan patah semangat jika mengalami kesulitan, apalagi sebagai seorang guru, sudah semestinya kita menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki dengan semaksimal mungkin bagi masyarakat luas,” pesannya.