Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Perjuangan SD di Surabaya, Baru Dapatkan 10 Siswa Selama PPDB
1 Juli 2020 13:11 WIB
ADVERTISEMENT
Tahun ajaran baru akan dimulai pada 13 Juli 2020 mendatang. Namun masih banyak sekolah swasta di Surabaya yang masih mencari siswa. Seperti yang dialami SD Tunas Bhakti 26 Surabaya.
ADVERTISEMENT
Untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021, sekolah yang terletak di kawasan Banyu Urip Wetan itu baru mendapatkan 10 siswa baru.
"Sampai dengan hari ini kami baru mendapatkan 10 siswa. Padahal tahun-tahun sebelumnya kami selalu bisa memenuhi kuota, yakni 25 hingga 30 siswa baru," ujar Anik Budiyani, Kepala Sekolah SD Tunas Bhakti 26, saat ditemui Basra, Rabu (1/7).
Melihat sepinya pendaftar, Anik mengatakan pihaknya tidak menerapkan strategi promosi khusus. Selain keterbatasan dana, Anik percaya kalau gethok tular atau penyebaran informasi dari satu orang ke orang lainnya masih efektif. Maklum, kebanyakan siswa di SD yang berdiri sejak tahun 1970 ini adalah keluarga yang sudah turun temurun.
SD Tunas Bhakti 26 tercatat memiliki 178 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Meski siswa baru yang mendaftar belum memenuhi kuota, namun Anik optimis jumlah siswa yang mendaftar akan memenuhi kuota.
ADVERTISEMENT
"Ya kita harus optimis, apalagi sekolah kita juga sudah terakreditasi B. Meski fasilitas yang ada belum maksimal, tapi kami memiliki guru yang luar biasa semangat ketika mengajar," kata perempuan 53 tahun ini.
Anik mengatakan jika pihaknya juga telah menyiapkan protokol kesehatan di sekolah jelang new normal. Adapun protokol kesehatan itu diantaranya siswa yang masuk akan dibuat dengan sistem bergilir, penyediaan tempat cuci tangan, hand sanitizer, hingga disinfektan.
"Misalnya dalam satu kelas ada 30 siswa, maka yang masuk hanya 15 siswa. Lainnya libur dan masuk keesokan harinya, bergantian. Untuk semprotan disinfektan, kami buat sendiri karena kami terkendala dana jika harus membelinya," papar perempuan yang telah mengabdikan diri di SD Tunas Bhakti 26 sejak tahun 1988 ini.
ADVERTISEMENT
Apabila nantinya sekolah harus kembali memberlakukan sistem online, segala antisipasi juga sudah dipersiapkan termasuk tidak semua siswa memiliki gawai.
"Mayoritas wali murid disini berasal dari kalangan menengah ke bawah, sehingga tidak semua siswa memiliki handphone untuk belajar online di rumah. Itu yang kami antisipasi jika nantinya harus belajar online lagi," ujar Anik.
Bagi siswa yang tak memiliki sarana penunjang untuk belajar online dari rumah, kata Anik, maka ia pun siap menugaskan guru untuk datang ke rumah siswa yang bersangkutan. SD Tunas Bhakti sendiri memiliki 14 orang guru dan staf.