Konten Media Partner

Pertama di Indonesia, Khutbah Idulfitri Disertai Penerjemahan Bahasa Isyarat

30 Maret 2025 10:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaksanaan salat Idulfitri di Taman Surya tahun lalu. Foto: Diskominfo Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
Pelaksanaan salat Idulfitri di Taman Surya tahun lalu. Foto: Diskominfo Surabaya
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersiap menggelar pelaksanaan Salat Idulfitri 1446 Hijriah/2025 di Taman Surya, Halaman Balai Kota Surabaya. Untuk pertama kalinya, pemkot menyediakan fasilitas ramah disabilitas pada pelaksanaan Salat Idulfitri di Taman Surya. Fasilitas tersebut berupa shaf ramah disabilitas dan layar monitor yang menampilkan juru bahasa isyarat khutbah.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi beserta keluarga dijadwalkan hadir mengikuti salat tersebut. Dalam pelaksanaannya, KH. Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, akan bertindak sebagai khatib. Sementara itu, Ustadz Qomaruddin Ahmad, S.H.I., Qari' Nasional, akan menjadi imam salat.
Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kota Surabaya, M. Fikser, menjelaskan bahwa pelaksanaan Salat Idulfitri tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Pemkot Surabaya menyediakan shaf ramah disabilitas dan layar monitor yang menampilkan juru bahasa isyarat khutbah bagi penyandang disabilitas.
"Tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya, kami menyediakan shaf ramah disabilitas dan layar monitor yang menampilkan juru bahasa isyarat khutbah," ujar Fikser, Minggu (30/3).
Nantinya, juru bahasa isyarat akan berada di samping khatib dan disorot kamera agar gerakannya dapat ditampilkan secara jelas di layar monitor yang dipasang di beberapa titik, baik di bagian jamaah laki-laki maupun perempuan.
ADVERTISEMENT
"Tujuannya adalah agar penyandang disabilitas dapat memahami isi khutbah dengan baik," imbuhnya.
Oleh karena itu, Fikser mengajak seluruh warga Surabaya yang tidak mudik untuk bergabung dalam Salat Idulfitri bersama Wali Kota Eri Cahyadi di Taman Surya. Salat akan dimulai pukul 06.00 WIB.
"Bagi warga Surabaya yang tidak mudik, mari kita merayakan Idulfitri bersama-sama dengan Bapak Wali Kota Eri Cahyadi di Taman Surya," ajaknya.
Di samping itu, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, KH. Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag, menyampaikan bahwa Pemkot Surabaya menyediakan shaf ramah disabilitas dan layar monitor untuk menampilkan juru bahasa isyarat khutbah pada pelaksanaan Salat Idulfitri 1446 H/2025 di Taman Surya.
"Kami menyediakan shaf ramah disabilitas, baik di bagian jamaah laki-laki maupun perempuan," ujar KH. Prof. Dr. Moh. Ali Aziz.
ADVERTISEMENT
Juru bahasa isyarat akan ditempatkan di samping khatib dan disorot kamera agar tampilannya dapat disaksikan melalui layar monitor.
"Ini merupakan kali pertama di Indonesia, khutbah Idulfitri disertai penerjemahan bahasa isyarat. Langkah ini diambil untuk memastikan penyandang disabilitas dapat memahami isi khutbah," jelasnya.
KH. Prof. Dr. Moh. Ali Aziz mengajak seluruh masyarakat untuk menghadiri dan mengikuti Salat Idulfitri di Taman Surya. "Mari bersama-sama merayakan Idulfitri di Taman Surya," pungkasnya.
Terungkap, Budaya Malam Takbiran di Indonesia Sudah Ada Sejak Abad 15 Masehi
Malam takbiran selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam. Gema takbir yang berkumandang dari masjid menandai kemenangan setelah sebulan berpuasa. Indonesia misalnya, takbiran bukan sekadar ritual ibadah, melainkan warisan budaya Islam yang kaya dengan nilai-nilai kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Pakar budaya Islam Fakultas Ilmu Budaya Unair Ahmad Syauqi S Hum MSi mengungkap sejarah tradisi takbiran di Nusantara sudah ada sejak masa kesultanan Islam. Tepatnya abad 15-18 M tradisi takbiran identik dengan tradisi keagamaan Islam.
Era kedua yaitu kolonial, sekitar abad 19-20 M pada zaman belanda dilaksanakan dengan kondisi yang terbatas.
“Takbiran juga seringkali menjadi bentuk perlawanan simbolis era penjajahan,” terangnya Ahmad dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Minggu (30/3).
Hingga kini takbiran identik dengan tabuhan bedug yang menggema. Namun, seiring waktu, tradisi ini terus berkembang, bahkan merambah ke ranah digital
“Saat ini kita melihat fenomena takbiran virtual, melalui siaran langsung. Ini membuktikan bahwa esensi takbiran tetap bertahan, meskipun bentuknya terus beradaptasi,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia menyikapi tradisi takbiran di beberapa negara memiliki keunikannya sendiri.
“Di Indonesia, elemen budaya sangat kental dan Islam berakulturasi dengan budaya menghasilkan pawai obor, gema bedug, takbir keliling,”terangnya.
Contohnya di pulau Jawa, terdapat Takbir Keliling seperti Yogyakarta dan Solo. Sementara di Madura, takbiran dilakukan dengan tradisi Tellasan Topa’ dan di luar jawa seperti di Aceh, melakukan seni Rateb Meuseukat atau tarian sufistik dan di Minangkabau, Sumatera Barat, masyarakat mengadakan Takbiran Bararak. Sementara di Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan, terdapat tradisi Mappadendang, yang diiringi bunyi tabuhan lesung sebagai simbol rasa syukur.
“Masyarakat di nusantara sangat inklusif, tidak hanya menghargai ajaran Islam tetapi merangkul kebudayaan lokal. Keterlibatan masyarakat dari seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun di pelosok, jadi tidak ada perbedaan,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Di beberapa daerah, takbiran berubah menjadi ajang kompetisi siapa yang memiliki bedug terbesar, siapa yang bisa membuat replika masjid paling megah, atau siapa yang memiliki pawai takbir paling meriah.
Tak jarang, perayaan ini juga diiringi dengan petasan dan kembang api, yang justru menjauhkan dari makna asli takbir.
“Malam takbiran adalah momentum sakral untuk merenungkan kebesaran Allah, bukan sekadar pesta. Jangan sampai kemeriahan justru menghilangkan substansi spiritualnya” tegasnya.
Ia juga mengingatkan takbir adalah bentuk pengakuan atas kebesaran Allah, sekaligus bagaimana Islam berinteraksi dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensinya.
“Yang perlu kita jaga adalah keseimbangan antara tradisi dan spiritualitas. Takbiran harus tetap menjadi ajang syiar Islam, bukan sekadar euforia sesaat,” pungkasnya.